13 Juni 1903 adalah hari dimana nenek moyang Kerasulan menginjakkan kakinya di Rawaselang keluar dari Cikembar Sukabumi menuju sebuah tempat di kampung Rawaselang yang berjumlah 66 orang , 3 orang berjalan kaki dan selebihnya naik Kereta Api. Mereka hijrah ke Rawaselang akibat pelarangan pengajaran Kerasulan yang dilakukan oleh keluarga Bapak Petrus bersama sanak saudaranya, yang bekerja sebagai buruh kontrak, dan dianggap sebagai aliran baru dan bertentangan dengan Zending Protestant yang ada dan diajarkan oleh misionaris Belanda.
Atas petunjuk bapak Armin, seorang pegawai irigasi yang bekerja mengurus pengairan di wilayah Ciranjang Kab Cianjur mereka pun bergegas meninggalkan Cikembar menuju tanah dan tempat tidak bertuan saat itu di Rawaselang. Mereka tiba pada sebuah gubuk tua, dengan atap yang terbuat dari alang-alang dan tiang bambu aur diikat oleh lilitan tali temali tanpa paku. Setiap malam mereka berdoa ditempat itu yang dipimpin oleh Bapak Petrus dan secara bergiliran memohon petunjuk Allah.
Bapak Petrus sebelumnya pernah bekerja dan tinggal dengan seseorang keturunan China yg bernama Liem Tjoe Kim di Batavia , dan salah seorang murid dari Missionaris Belanda, yang kemudian kita kenal sebagai Rasul F.L. Anthing. Pada saat tiba di Batavia, mereka bertemu dengan Rasul Hanibal dan mengutarakan bahwa ada 66 jiwa ingin bergabung dengan pengajaran dari Rasul Anthing.
Rasul Hanibal sangat bersukacita dan datang ke Rawaselang untuk mengecek informasi tersebut melaksanakan kebaktian pertama sekaligus menahbiskan Bapak Petrus sebagai Priester dan memimpin jemaat tersebut di Rawaselang.
Perubahan politik telah mengubah situasi. Rasul Hanibal diganti Rasul Smith dan Priester Petrus diangkat Oudste, kemudian dari Oudste Petrus ke Oudste Idris, kemudian ke Oudste Mika. Selanjutnya Oudste Mika digantikan oleh Oudste Elifas Attap, yang bertugas mengembangkan pengajaran para Rasul ke kota kota lainnya seperti Padalarang , Cimahi , Bandung , Jakarta dan Bogor dan berturut-turut para pemangku jawatan telah berubah termasuk para penghantar Sidang.
Oudste Elifas Attap berturut-turut digantikan ke Pr. Mian Kaian, Pr. Rainan Marchasan, Herder Namrun Armin, Pr. Akas Kasanmestar, Pr. Abujahar, Pr. Yanes Kaian, Ev. Sutarno, Pr. Isjet Kosim, dan Pr. Yusvian Massad sebagai Penghantar Sidang Rawaselang sampai dengan sekarang. Dari air mata telah menjadi mata air. Biarlah kita semua menjadi orang yang diberkati dan menjadi berkat untuk orang lain dan bersyukur atas karunia pilihan dari jerih payah para pendahulu.