Allah mengasihi manusia seperti seorang suami mengasihi istrinya. Tetapi bagaimana dengan kita? Rasul Kepala mendesak sidang jemaat untuk menghargai pemilihan mereka.
“Lalu ia berkata kepadaku: “Tuliskanlah: Berbahagialah mereka yang diundang ke perjamuan kawin Anak Domba. ” Katanya lagi kepadaku: “Perkataan ini adalah benar, perkataan-perkataan dari Allah.” (Wahyu 19:9). Ini adalah teks Alkitab untuk kebaktian pada Minggu, 17 Maret 2024 di Chiang Mai, Thailand.
“Hari ini kita memiliki sebuah firman yang sangat terkenal tentang perjamuan kawin Anak Domba. Dan kita mengetahuinya, itu merujuk pada kebangkitan yang pertama.” Rasul Kepala menggunakan gambaran pasangan dan tunangan untuk menggambarkan hubungan antara Allah dan manusia. “Allah adalah seorang suami yang setia. Tetapi istri-Nya, Israel, tidak setia.”
Lebih dari sekadar gambaran
“Itu hanyalah sebuah gambaran, tetapi itu memberitahukan sesuatu kepada kita,” lanjut Rasul Kepala menjelaskan. Allah mengasihi umat manusia karena kasih dan bukan karena jasa-jasa kita. Karena kasih-Nya, Putra Allah meninggalkan kemuliaan Allah untuk datang ke bumi untuk membebaskan kita dari dosa dan memanggil kita ke dalam persekutuan yang kekal dengan-Nya.
“Dan kita mengasihi suami kita, mempelai laki-laki kita. Kita memiliki alasan yang baik untuk mengasihi Dia. Kita mengasihi Dia karena Dia mengasihi kita terlebih dahulu.” Jika kita melakukan kehendak-Nya, itu bukan untuk mendapatkan pahala. Tetapi hanya karena kita mengasihi Dia dan kita ingin menyenangkan hati-Nya. Sebuah hubungan yang didasarkan oleh kasih.
Perjanjian Baru menggunakan gambaran pesta perkawinan untuk menggambarkan kedatangan Kristus kembali dan persekutuan Allah yang kekal dengan umat-Nya. Mereka akan mengalami sukacita dan kedamaian yang sempurna. Kita akan memuji Allah dalam kekekalan. “Bayangkan betapa bersyukurnya kita,” kata Rasul Kepala. Kita akan dibebaskan dari bumi, dari si jahat, dari semua penderitaan, ketidakadilan, kekerasan, dari segala sesuatu yang kita alami di bumi. Dan akhirnya, kita akan berada di dalam persekutuan yang sempurna satu sama lain, yang hidup dan yang mati.
Pilihan kita: sumber kedamaian dan sukacita
Pada hari ini, kepercayaan pada pilihan kita telah membawa kita pada kedamaian dan sukacita yang besar. “Marilah kita bersyukur atas pilihan kita. Marilah kita bersukacita karena kita tahu bahwa Allah mengasihi kita. kita dikasihi oleh Dia yang benar-benar sempurna dan kudus tanpa alasan. Dan kita dapat yakin bahwa Ia mengasihi kita. Itu adalah sukacita yang besar dan damai sejahtera yang besar: mengetahui bawha kita dikasihi.”
Aspek lain yang patut disyukuri adalah, Ia telah memberi kita kepastian bahwa Dia akan datang membawa kita bersama-Nya. “Itu bukan hanya sebuah kemungkinan, itu adalah kepastian kita!” Kita dapat benar-benar yakin bahwa Yesus Kristus akan datang untuk membawa kita masuk ke dalam kerajaan-Nya.
Sebuah gambaran dari perjamuan kawin di surga
Di sini, hari ini, kita sudah dapat memiliki sebuah rasa awal dari perjamuan kawin di surga melalui perayaan Perjamuan Kudus yang layak. Setiap kali kita merayakan Perjamuan Kudus, kita bersyukur kepada Allah karena telah mengutus Putra-Nya, dan kita bersyukur kepada Allah atas pengorbanan Yesus Kristus. Kita juga menerima kekuatan yang kita perlukan untuk melakukan kehendak Allah. “Marilah kita merayakan Perjamuan Kudus sebagai sebuah persiapan dan antisipasi yang sejati akan pernikahan Anak Domba di surga,” demikian Rasul Kepala mengakhiri khotbahnya.
This post is also available in: English