NAC Indonesia
  • Home
  • About
    • Vision and Mission
    • Serving and Leading
    • Divine Services
    • Three Sacraments
    • Pastoral Care
    • Structures and Ministries
      • The Chief Apostle
      • District Apostles and Apostles
      • District Apostle Areas
      • Members and ministers
    • Church Activities
    • History of NAC
    • Creed
      • Detailed Explanations
  • NAC International
    • NAC Philippines
    • NAC Thailand
    • NAC Malaysia
    • NAC Singapore
    • NAC Myanmar
  • Community
  • Contact
  • Home
  • About
    • Vision and Mission
    • Serving and Leading
    • Divine Services
    • Three Sacraments
    • Pastoral Care
    • Structures and Ministries
      • The Chief Apostle
      • District Apostles and Apostles
      • District Apostle Areas
      • Members and ministers
    • Church Activities
    • History of NAC
    • Creed
      • Detailed Explanations
  • NAC International
    • NAC Philippines
    • NAC Thailand
    • NAC Malaysia
    • NAC Singapore
    • NAC Myanmar
  • Community
  • Contact
Juni 24, 2020

Persekutuan Doa: 24 Juni 2020

Buah-buah pikiran tentang nas Alkitab

Maka kata perempuan Samaria itu kepada-Nya: “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?” (Sebab orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria.)

Yohanes 4:9

 

Pendahuluan

Injil Yohanes menggambarkan sebuah percakapan panjang antara Yesus dan seorang perempuan Samaria dekat sebuah sumur. Waktu itu, orang-orang Yahudi yang saleh tidak ingin berurusan apa pun dengan orang-orang Samaria yang mereka pandang sebagai orang-orang kafir. Suatu perjumpaan sedemikian kemungkinan besar akan membuat mereka tersinggung. Orang-orang Yahudi memegang pandangan mereka terhadap orang-orang Samaria meskipun mereka memiliki kepercayaan yang sama kepada satu Allah dan menjalani hidup mereka sesuai Taurat yang adalah kelima kitab Musa. Kedua kelompok ini adalah juga keturunan anak-anak Yakub (Yohanes 4:12).

Selain yang disebutkan di atas, adalah juga tidak diizinkan pada masa alkitabiah bagi seorang Yahudi yang saleh untuk berbicara dengan seorang perempuan di muka umum dan khususnya dengan seorang perempuan yang menurut beberapa orang di sekitarnya, punya sebuah gaya hidup yang tidak biasa dan diragukan.

 

Yesus dan perempuan Samaria

Nas Alkitab kita menunjukkan bahwa Yesus tidak berprasangka terhadap perempuan Samaria, dan tidak keberatan untuk berbicara dengan perempuan. Semua Injil bersaksi bahwa Yesus mendekati baik laki-laki maupun perempuan dengan setara dan menjadikan mereka murid-murid-Nya.

Pada waktu percakapan yang ia alami bersama-Nya, perempuan Samaria itu menyadari bahwa yang sedang berbicara dengannya adalah Mesias yang dijanjikan. Kesadaran ini memiliki sebuah dampak yang sangat cepat. Ia meninggalkan tempayannya dan pergi kembali ke kota, di mana ia mengabarkan tentang perjumpaannya dengan Yesus, yang ia kenali sebagai Mesias. Banyak orang yang berbicara dengannya berubah kepercayaan dan ingin mendengar sendiri apa yang Yesus katakan. Mereka terkesan oleh perkataan-Nya dan mereka meminta Dia untuk singgah di kota selama dua hari. Banyak orang percaya pada perkataan-Nya dan dapat mengaku: “Kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia” (Yohanes 4:42)

 

Aktivitas Yesus Kristus

Yesus menarik orang-orang kepada Injil karena Ia juga menyapa orang-orang yang dianggap tidak layak dan yang biasanya diabaikan. Dari Injil jelaslah bahwa murid-murid memiliki prasangka yang sama dengan orang-orang Yahudi yang saleh dan karena itu heran dan bahkan mungkin kesal oleh sikap Yesus yang tidak sesuai kebiasaan (ayat 27). Akan tetapi, persis sikap inilah yang menjadi sebuah dampak pada perempuan itu yang bertanya kepada-Nya: “Masakan Engkau, seorang Yahudi, minta minum kepadaku, seorang Samaria?”

Keterbukaan Yesus menunjukkan kasih-Nya kepada umat manusia dan perkataan-Nya menunjukkan otoritas-Nya. Inilah yang menyebabkan orang-orang Samaria memiliki iman kepada-Nya. Perempuan yang Ia jumpai dan yang mengenali Dia sebagai Mesias mengambil langkah pertama dengan bersaksi kepada orang lain yang kemudian menerima kesaksiannya dan setelah itu juga dapat mengalami persekutuan dengan Yesus (ayat 40;41).

 

Mengatasi prasangka-prasangka

Orang-orang dapat memiliki prasangka-prasangka dan keberatan-keberatan karena pola asuh mereka, pengaruh-pengaruh orang lain, atau mungkin karena pengalaman-pengalaman tidak menyenangkan yang mereka telah alami. Suasana hati atau pendapat-pendapat yang muncul juga dapat memiliki suatu dampak negatif tentang bagaimana kita melihat dan menganggap orang. Orang-orang Kristen hendaknya menjumpai sikap yang tidak berperikemanusiaan dengan kasih Kristus yang tanpa syarat. Hanya dengan cara inilah Injil dapat diberitakan kepada semua bangsa dan kebudayaan.

Suatu perilaku kasih yang dipenuhi dengan pikiran bahwa sesama kita seharusnya mengalami juga apa yang baik dan membangun, menciptakan sebuah suasana damai dan penuh percaya. Dengan cara ini orang-orang dapat terinspirasi untuk merindukan kasih Kristus dan memiliki persekutuan dengan-Nya. Para pengikut Yesus memiliki tugas untuk menjadi saksi-saksi kasih Kristus bagi semua orang melalui perkataan dan perbuatan.

Meskipun dalam situasi kita saat ini, di mana kita harus sangat hati-hati dalam interaksi-interaksi sosial kita dan dalam menjaga jarak, kita ingin hidup sesuai dengan teladan Yesus dan tidak kehilangan pandangan akan kesejahteraan sesama kita.

Marilah kita bersikap kreatif dan memikirkan bagaimana, dalam kondisi-kondisi istimewa ini, kita dapat bersaksi tentang kasih dan keterbukaan Kristus kepada orang lain, baik yang jauh maupun yang dekat.

 

Kelompok Kerja Tuntunan untuk kebaktian 06/2020

This post is also available in: English

Previous StoryTugas Kelompok Rasul: Melayani Dan Membawa Sukacita
Next StoryKesulitan Hari Ini, Kemuliaan Di Masa Yang Akan Datang
  • enEnglish
  • idIndonesia
2020 © New Apostolic Church Indonesia