Buah-buah pikiran tentang nas Alkitab
Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, – yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit –, maka hal itu akan diberikan kepadanya.
Yakobus 1:5
Pendahuluan
Di awal surat Yakobus, kita diberi tahu tentang pencobaan-pencobaan yang harus diatasi oleh orang-orang percaya. Penulis menjadikan jelas bahwa cara untuk mengatasi pencobaan-pencobaan ini adalah melalui hikmat.
Hikmat
Hikmat adalah sebuah kualitas ilahi yang sangat penting. Hikmat, antara lain, memampukan kita untuk membentuk hidup kita sesuai dengan kehendak Allah dan untuk menggunakan akal sehat kita. Di dalam Amsal 24:3 disebutkan: “Dengan hikmat rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakkan.” Ini mengungkapkan peran hikmat yang membangun dan memajukan. Apa yang dibangun dengan hikmat akan terpelihara oleh pengertian tentang hal yang diperlukan dan yang dimungkinkan. Dengan memiliki hikmat, pencobaan-pencobaan hidup, yang harus dilalui orang-orang percaya, dapat dilihat sebagai sebuah ujian dan juga sebuah kesempatan untuk membuktikan iman kita.
Permohonan akan hikmat
Surat Yakobus tidak hanya menunjukkan betapa pentingnya hikmat, ini juga menasihati kita untuk memohon hikmat kepada Allah karena beberapa kekurangan hanya dapat diatasi dengan pertolongan Allah dan bukan hanya dengan kekuatan kita sendiri. Ini menjadikan jelas bahwa Allah akan sungguh-sungguh menolong dan bahwa orang-orang yang mengakui kekurangan hikmat di dalam diri mereka sendiri tidak akan dihukum oleh Allah, tetapi akan didukung untuk mengatasi kekurangan ini. Oleh karena itu, bukan kesempurnaan yang dituntut dari kita, melainkan suatu pengakuan akan kekurangan kita sendiri dan keinginan besar untuk memperbaikinya.
Dampak-dampak hikmat
Yakobus 3:17 menunjukkan bahwa hikmat berasal dari Allah dan menjadikan jelas apa dampak yang dimiliki hikmat terhadap perilaku di dalam sidang jemaat: “Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.”
Dengan demikian, hikmat ditunjukkan oleh perilaku kita. Antara lain, ini ditentukan oleh kedamaian. Barangsiapa bijak, ia berusaha untuk memancarkan damai sejahtera dan meningkatkannya di antara orang lain. Orang yang bijak berkomitmen untuk sebuah percakapan di mana ia berusaha untuk menyeimbangkan ketegangan-ketegangan dan sampai pada sebuah kedudukan kemanunggalan. Orang-orang yang bijak adalah juga yang dituntun oleh kebaikan dan kemurahan hati, yang merupakan teladan yang diberikan oleh Yesus Kristus. Mengikuti pengajaran di dalam perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati, kita menjangkau sesama kita yang berada dalam masalah dan yang memerlukan pertolongan kita (Lukas 10:30-37). Akhirnya, perilaku yang bijak juga mencakup menghindari kemunafikan dan inilah sebabnya surat Yakobus menyerukan kepada kita untuk tidak berpura-pura menjadi orang saleh, ketika pada kenyataannya kita memiliki sikap “iri hati dan mementingkan diri sendiri” dalam hati kita (Yakobus 3:14). Ketulusan adalah sebuah ciri khas sangat penting dari orang yang bijak!
Hanya ketika setiap orang berusaha mengejar hikmat, memiliki kerinduan akan itu, dan memohonkannya kepada Allah, hidup kita sendiri dan kehidupan sidang jemaat dapat berhasil!
Kelompok Kerja Tuntunan untuk Kebaktian 08/2020
This post is also available in: English