Buah-buah pikiran tentang nas Alkitab
“Peringatkanlah kepada orang-orang kaya di dunia ini agar mereka jangan tinggi hati dan jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan, melainkan pada Allah yang dalam kekayaan-Nya memberikan kepada kita segala sesuatu untuk dinikmati. Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi.”
1 Timotius 6:17-18
Pendahuluan
Nas Alkitab untuk persekutuan doa hari ini berasal dari pasal penutup surat Timotius yang pertama, yang berkenaan dengan organisasi sidang jemaat; tugas-tugas pemangku jawatan dan perilaku anggota-anggota. Sidang jemaat Kristen, pada masa abad pertama ketika surat ini ditulis, adalah suatu gambaran cerminan masyarakat tua, di mana itu tidak hanya terdiri dari yang miskin; yang terampas, dan budak-budak, tetapi juga orang-orang yang kaya dan makmur. Pasal terakhir dari surat itu berisi sejumlah nasihat yang mencakup untuk menjauhkan diri dari ajaran-ajaran palsu; untuk mempraktikkan kerendahan hati, dan untuk menjadi perantara atas nama yang berwenang di hadapan Allah.
Pengingat bagi yang kaya
Anggota-anggota sidang jemaat yang kaya disapa secara langsung baik di dalam nas Alkitab kita maupun di ayat-ayat 9 dan 10. Mereka diperingatkan untuk tidak menjadikan pengejaran akan kekayaan sebagai tujuan utama dalam hidup: “Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan”. Usaha yang tak terkendali akan harta; keserakahan akan kemewahan dan kesenangan disampaikan di sini dengan sangat jelas. Penulis surat tidak berbalik menentang kemakmuran itu sendiri, dan seorang Kristen yang memiliki kekayaan jasmani tidak perlu malu akan hal itu, atau merasa perlu untuk menyembunyikannya. Namun, sikapnya hendaknya bebas dari kesombongan akan kekayaan yang telah ia capai, menangkan, atau terima.
Berbahagialah dia yang mengenali bahwa semua hal duniawi bersifat sementara, bahwa kekayaan jasmani – sama seperti semua hal duniawi – dapat binasa dan fana! Orang-orang yang kaya dinasihati untuk tidak menaruhkan pengharapan mereka pada kekayaan jasmani, tetapi untuk menaruhkan pengharapan mereka sepenuhnya kepada Allah. Pengharapan pada Allahlah yang justru menciptakan sebuah hubungan yang sehat dengan kekayaan duniawi.
Bersyukur atas apa yang kita miliki
Surat tersebut menjadikan jelas bahwa Allah adalah Pemberi dari segala karunia yang baik, dan bahwa kemakmuran juga dapat dianggap sebagai suatu karunia yang baik dan dialami sebagai suatu berkat. Jika Allah mengaruniakan berkat-Nya dan memberi secara berlimpah, maka orang-orang dapat menikmati hal-hal baik dengan gembira. Bagaimanapun, Yesus tidak menghindari orang kaya, tapi sebaliknya mengunjungi mereka (Lukas 19:2-7). Melalui perjumpaan dengan Yesus inilah mereka sampai pada pemahaman bahwa mereka hendaknya mengembalikan harta yang diperoleh secara melanggar hukum. Zakheus, pemungut cukai, berkata kepada Yesus: “Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.” (Lukas 19:8).
Orang-orang yang bersyukur dan yang merasa dekat dengan Allah, memiliki kebutuhan untuk mempersembahkan kurban kepada-Nya. Mereka melakukan ini bukan berdasarkan rasa pemenuhan suatu tugas, tetapi berdasarkan suatu kebutuhan dan pengakuan mendalam bahwa segala sesuatu adalah karena berkat Allah. Pada saat yang bersamaan, orang yang sedemikian tidak mengabaikan penderitaan dan kebutuhan sesamanya, melainkan ia menunjukkan kemurahan hati tanpa pertimbangan diri sendiri dan memberi dari apa yang ia miliki dengan sukacita. Sebuah contoh dari kemurahan hati ini adalah dukungan yang diberikan kepada saudara dan saudari di wilayah-wilayah miskin melalui uang kurban dan derma, sehingga mereka juga dapat memiliki apa yang diperlukan, baik dalam arti rohani maupun jasmani. Allah sendiri bermurah hati dan kita ingin mengikuti-Nya dalam hal ini juga!
Kelompok Kerja Tuntunan untuk Kebaktian 09/2020
This post is also available in: English