Buah-buah pikiran tentang nas Alkitab
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.
Yohanes 5:24
Pendahuluan
Dalam Yohanes 5:19 dst., Yesus menjadikan jelas kuasa apa yang Ia miliki. Selain itu, hubungan antara Bapa dan Putra juga diungkapkan. Putra hanya bertindak berdasarkan kehendak yang berasal dari Bapa, tindakan-Nya adalah tindakan Allah.
Pekan depan, kita akan merayakan Natal dan memperingati penjelmaan Allah Putra. Di situ kita berpusat pada kelahiran Yesus – bagaimana Ia datang ke dunia sebagai seorang bayi. Kebanyakan, kelahiran seorang anak adalah penyebab sukacita yang besar. Orang-orang mereka ingin menggendongnya dan selalu memandanginya. Dan bahkan tidak punya pilihan lain, selain mengaruniakan sepenuh hatinya bagi bayi tersebut.
Kelahiran Yesus sebagai hukuman
Bagaimana gambaran indah nas Alkitab kita ini cocok dengan yang digambarkan Injil Yohanes sebagai “hukuman” (“penghakiman”, NKJV)? Di ayat lain, itu makin jelas menunjukkan, bahwa kedatangan Mesias, Yesus Kristus, juga terikat dengan sebuah hukuman (Yoh. 3:19). Ketika Allah menjadi manusia dan masuk ke dalam ciptaan-Nya, maka ukuran-ukuran yang biasanya menjadi cepat untuk dipertanyakan. Dengan demikian sebuah masa menyingsing, yang dibentuk oleh keputusan berpihak atau menentang Yesus. Singkat kata: Natal, kelahiran Yesus Kristus, adalah juga hukuman.
Gagasan tentang hukuman memenuhi kebanyakan orang dengan kegelisahan dan ketakutan. Maka, tema “hukuman Allah” di sana-sini terpinggirkan – juga di dalam Gereja kita -, karena Injil adalah kabar sukacita dan kabar yang memerdekakan. Kita lebih suka merasakan keadaan kita baik di dalam sidang jemaat dan tidak mendengar apa pun tentang hukuman.
Mungkin, kita memiliki beberapa gagasan yang keliru tentang hukuman. Maksud istilah hukuman/penghakiman pada awalnya adalah sebuah proses pemisahan (Mat. 24:40). Kedatangan Mesias menyerukan kepada umat manusia untuk mengambil keputusan. Manusia harus mengambil sikap. Terhadap Dia, tidak ada sikap yang netral. Dan sikap pendapat berkenaan dengan Yesus vital. Penerimaan atau penolakan terhadap Yesus Kristus membawa keselamatan atau bencana, kehidupan atau kematian.
Masa Adven dan perayaan Natal yang tidak lama lagi menyerukan kepada kita dengan cara yang istimewa untuk mengambil keputusan. Sebagai apakah Yesus Kristus bagiku? Sikap apakah yang aku miliki terhadap-Nya? Apa arti Dia bagiku?
Nas Alkitab ingin memotivasi kita, untuk secara baru melekatkan seluruh keberadaan kita dengan Yesus Kristus, untuk mendengarkan-Nya, dan percaya kepada-Nya. Tuhan mengajak kita untuk membukakan kabar sukacita-Nya dan memercayakan hidup kita kepada-Nya. Lagipula, gagasan tentang hukuman memenuhi kebanyakan orang dengan ketakutan, karena mereka takut kepada Allah yang menghukum. Akan tetapi, Allah adalah kasih. Ambillah keputusanmu senantiasa bagi Tuhan Yesus Kristus secara baru, dengarkanlah Dia dan percayalah kepada-Nya, maka engkau memiliki seluruh kasih Allah di sampingmu. Dan sebenarnya, pada Yesus kita tidak memiliki pilihan lain, selain mengasihi-Nya dengan segenap hati kita, dan mulai sekarang memandang Dia dengan segenap hati. Apabila kita melakukan itu, hukuman kasih Allah sudah diterbitkan bagi kita sejak saat ini. Maka, sejak sekarang kita “pindah dari alam maut ke dalam hidup”, lalu sejak sekarang bagi kita dimulailah “hidup yang kekal”.
Kedatangan Yesus kembali sebagai hukuman/penghakiman hukuman/penghakiman
Kedatangan Yesus kembali juga merupakan sebuah hukuman. Pada kedatangan-Nya kembali, penghakiman yang telah dimulai di atas dunia dengan kelahiran Putra Allah, ternyata. Pada penjemputan pulang sidang jemaat pengantin perempuan akan terlihat, siapakah yang memutuskan bagi Tuhan, mendengarkan-Nya, dan mengandalkan-Nya. Kemudian, para milik-Nya akan dikaruniai hidup yang kekal di dalam persekutuan dengan Allah dan dipindahkan secara final dari lingkungan maut dunia ke daerah kehidupan untuk selama-lamanya. Oleh karena itu, kedatangan Yesus kembali bukanlah alasan untuk takut atau sebuah peristiwa untuk ditakuti, melainkan sebuah hari ketika kita akan menangis dengan bersukacita.
Kelompok Kerja TUK 12/2020