Pada Jumat, 30 April 2021 Rasul Samuel Hadiwidagdo melayani sidang Sokawangi di sub-distrik Pekalongan. Sebuah nas dari Yohanes 21:21-22 menjadi dasar pelayanan beliau, “Ketika Petrus melihat murid itu, ia berkata kepada Yesus: “Tuhan, apakah yang akan terjadi dengan dia ini?” Jawab Yesus: “Jikalau Aku menghendaki, supaya ia tinggal hidup sampai Aku datang, itu bukan urusanmu. Tetapi engkau: ikutlah Aku.”
Setelah pengakuan iman Petrus, Yesus memberinya kunci Kerajaan Surga. Kemudian Ia memberinya misi untuk menguatkan saudara-saudaranya (Luk. 22:32). Lalu, Petrus takut akan nyawanya dan menyangkal Tuhan tiga kali. Tetapi, ia menyesal dan menangis dengan sedihnya ketika Tuhan memandangnya. Setelah kebangkitan-Nya, Yesus Kristus menjumpai murid-murid di tepi Danau Tiberias dan makan bersama mereka. Ia menghampiri Petrus, bukan untuk mencelanya, tetapi untuk bertanya tiga kali kepadanya, apakah ia mengasihi-Nya. Lalu Ia memercayakan kepadanya misi untuk merawat para milik-Nya.
Yesus lalu memberi tahu Petrus bahwa ia, seperti diri-Nya, harus menjalani ujian-ujian yang mengerikan. Petrus tidak protes, tetapi ia ingin tahu apa yang akan terjadi pada Yohanes. Petrus dan Yohanes memiliki banyak kesamaan. Mereka berdua memutuskan tanpa ragu-ragu untuk mengikut Yesus, tetapi tanpa selalu memahami-Nya secara penuh. Kita memahami dengan sangat baik bahwa Petrus yang mengenal ikatan istimewa yang menyatukan Yohanes dan Yesus, ingin tahu apakah kawannya ini harus menderita seperti dia. Alkitab memberi tahu kita bahwa Rasul Petrus dan Rasul Yohanes terus bekerja bersama-sama setelah Pentakosta. Mereka ditangkap dan disesah bersama. Mereka pergi bersama-sama untuk memeteraikan orang-orang Samaria yang dibaptis oleh Filipus (Kis. 8:17). Kemudian jalan hidup mereka berpisah. Menurut beberapa ahli sejarah, Petrus dieksekusi sekitar tahun 50 M, sementara Yohanes mati lama kemudian.
Hidup kita berbeda
Mengapa kedua Rasul ini mengalami nasib yang berbeda? Yesus tidak memberikan sebuah penjelasan. Ia tidak menjelaskan kepada kita mengapa: beberapa berdukacita, sementara yang lainnya dilepaskan dari kemalangan; Beberapa harus meninggal begitu muda, sementara yang lainnya hidup lama; dan lain sebagainya. Hidup kita dapat saja berbeda dengan orang lain. Pengajaran Yesus dan kisah Alkitab mengajar kita bahwa: kemalangan yang menimpa kita bukanlah sebuah hukuman atas dosa-dosa yang kita lakukan, dan kebahagiaan yang kita alami bukanlah suatu upah atas jasa-jasa kita. Kasih yang Allah miliki bagi kita juga tidak melindungi kita dari penderitaan.
“Tetapi engkau: ikutlah Aku”
Jawaban yang Yesus berikan kepada Petrus berlaku bagi setiap dari kita. Tuhan menasihati kita untuk mengikuti pengajaran dan teladan-Nya:
- Percayakanlah nasib kita pada Allah dan andalkanlah kasih-Nya;
- Allah memberi kepada masing-masing orang tenaga yang diperlukan untuk memikul beban mereka dan memenuhi misi mereka
- Allah mengasihi kita dengan kasih yang tanpa syarat; kita juga ingin mengikut dengan setia
Marilah kita tetap fokus pada masa depan kita. Kebahagiaan dan kemalangan yang dapat kita alami di bumi ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan datang! Meskipun kita diperkenankan mengalami banyak perbedaan, tapi kita tetap memiliki Tuhan yang sama.
Berkat konfirmasi di Purwodadi
Rasul dan rombongan kemudian melanjutkan pelayanan mereka ke sidang Padukuhan Kraton pada Sabtu, 1 Mei 2021. Dalam kebaktian tersebut Diaken Eko yang sebelumnya melayani di sidang Purwodadi ditetapkan untuk melayani di sidang Padukuhan Kraton untuk membantu Priester Shatik. Pada hari Minggu, 2 Mei 2010 di sidang Purwodadi, 4 orang konfirman menerima berkat konfirmasi mereka. Rasul menguatkan mereka dengan nas yang diberikan khusus oleh Rasul Kepala dari 2 Tesalonika 3:3.