“Saudara-saudari yang kekasih, saya dari kantor Yogyakarta mengajak engkau semua dimanapun engkau berada di seluruh tanah air Indonesia maupun dari tempat-tempat lain, marilah kita mempersatukan hati dan dengan rendah hati datang kepada Allah yang Mahakuasa, Bapa surgawi yang maha kasih,” demikian ajakan Rasul Distrik Edy Isnugroho pada acara doa bersama nasional, Minggu malam, 18 Juli 2021. “Kami sadar betapa kami ini sangat kecil dan lemah, tidak berdaya. Namun kami mengakui akan kemahakuasaan, kemuliaan, kasih dan kesetiaanMu. Kini kami mengetuk hatiMu, dan mohon pertolonganMu,” demikianlah Rasul Distrik memohon di awal doanya. Lebih dari 2.100 titik penerimaan baik individu maupun bersama keluarga di rumah menerima siaran langsung tersebut.
Dalam doanya Rasul Distrik mengingat saudara-saudari, para pemangku jawatan yang aktif maupun yang sudah mengaso yang berpulang di masa pandemi Covid-19 ini. “Kami percaya bahwa mereka berada di dalam tangan Tuhan, bersama jiwa-jiwa yang telah dilepaskan.” Beliau juga mengingat bagi keluarga yang ditinggalkan dan mendoakan bagi mereka untuk mengalami penghiburan dan damai sejahtera. “Jutaan orang lainnya yang menderita, lepaskanlah dari penderitaan.” Rasul Distrik juga mengingat mereka yang berada di garda terdepan serta mendoakan berkat bagi mereka. “Permohonan kami Bapa, agar Engkau campur tangan karena hanya Engkau saja yang dapat melakukan supaya pandemi ini segera berakhir.”
Tetap mengandalkan Allah dan tidak goyah
Rasul Samuel Hadiwdagdo pada renungan di awal acara mengatakan dengan jelas dan tegas “kita tetap menundukkan diri di hadapan Allah yang Mahakuasa dan Mahakasih atas hal ini dan tetap mengandalkan-Nya dengan tidak goyah.” Rasul mengutip apa yang dikatakan oleh Gubernur Jawa Tengah dalam acara #PrayFromHome untuk Jawa Tengah yaitu 1M: Manut (menurut). “Sebagai warga negara yang baik dan juga sebagai anak-anak Allah kita ingin mentaati peraturan pemerintah selama itu tidak bertentangan dengan hukum-hukum ilahi.” Kemudian beliau juga menambahkan apa yang diungkapkan oleh Rasul Kepala Jean-Luc Schneider, “Pemerintah, di mana pun, mereka melakukan yang terbaik untuk membatasi dampak dari pandemi ini. Dan saya tahu bahwa terkadang aturan itu sulit untuk dipatuhi dan beberapa anak Allah, berpikir jika saya pergi ke gereja, semua akan baik-baik saja. Mengatakannya seperti itu, bukan iman, itu hanya omong kosong. Kita harus menghormati aturan ketika jumlah kehadiran terbatas. Kita harus menghormati aturan tentang masker dan jarak dan sebagainya. Allah hanya bisa memberkati kita jika kita taat.”
Sebagai kesimpulan, kelompok Rasul menghimbau kita sekalian untuk dan terus mematuhi anjuran pemerintah seperti menjalankan 5 M dengan tertib, mengikuti program vaksinasi dan selalu mengikuti perkembangan-perkembangan yang ada secara kooperatif. Tetap mengandalkan sepenuhnya kepada Allah, juga dengan selalu memanfaatkan tawaran-tawaran yang diberikan oleh Gereja selama keadaan darurat. “Marilah kita bermohon semoga keadaan yang ada semakin membaik dan kita dapat hidup dengan lebih baik,” Rasul Samuel menutup renungannya.
Berhati-hati terhadap strategi iblis
Rasul Distrik dalam sambutannya juga mengingatkan akan apa yang pernah disampaikan oleh Rasul Kepala tentang kejadian pembantaian Ratusan Yahudi Perancis di Strasbourg pada tahun 1349. Pada tanggal 14 Februari tahun tersebut terjadi aksi pembantaian dan pembakaran terhadap orang-orang Yahudi yang dikenal sebagai “Black Death”. Istilah “Black Death” mengacu kepada wabah yang melanda Eropa di pertengahan abad ke-14 Masehi, antara tahun 1347 sampai 1351. Wabah ini menyebarkan penyakit misterius yang membunuh puluhan juta orang dan menyebabkan populasi manusia di Eropa berkurang drastis.
Orang Kristen menuding orang Yahudi sebagai biang malapetaka itu. Hal tersebut kemungkinan karena jumlah orang Yahudi yang terkena dampak wabah jauh lebih sedikit daripada penganut Kristen. Kaum Yahudi dituduh sengaja meracuni sumur untuk menyebarkan penyakit. Orang-orang Yahudi juga dinilai sering mengabaikan aturan tentang kebersihan, juga terkait dengan ritual-ritual yang mereka lakukan, sehingga wabah mematikan itu muncul. Namun kejadian yang tragis ini tidak mengakhiri wabah. Baru diketahui kemudian yang sesungguhnya bahwa wabah itu telah digagas oleh kaum borjouis yang telah berhutang banyak kepada orang-orang Yahudi.
Kisah ini adalah petunjuk mengenai strategi iblis. Ketika kita dihadapkan pada situasi sulit, iblis memecah belah kita. Si jahat menciptakan tuduhan-tuduhan, saling menyalahkan, sehingga persekutuan kita menjadi rusak. “Mari kita saling menolong, bahu membahu, bersumbangsih untuk damai sejahtera. Kita ingin tetap setia mengandalkan Allah saja,” ujar Rasul Distrik menutup acara doa bersama nasional.