Seorang Ibu yang sederhana. Keinginannya hanya satu: berdiam di rumah Bapa seumur hidupnya. Disanalah ia merasa nyaman dan tenang. Pada 10 Januari 2022 ini, Ibu Ribkah Tirtawiguna berulang tahun yang ke-96! Sebuah usia yang diberkati.
Oma Sadrach – begitulah biasa ia disapa, beliau adalah janda dari Evangelist Distrik Sadrach Tirtawiguna (alm.). “Saya ingin sekali kembali ke gereja,” itulah kalimat yang selalu keluar dari mulutnya ketika para Priester dari sidang jemaat Kedoya Selatan bergantian melayaninya dalam perawatan pastoral. Sejak pandemi melanda ia tidak dapat lagi berkebaktian di gereja, tempat dimana ia merasakan kehangatan dan sukacita.
Ingatannya tajam, suaranya masih sangat lantang ketika ia bercerita kehidupannya dahulu, menemani Evangelist Distrik Sadrach dalam melayani anak-anak Allah di wilayah Jakarta dan Jawa Barat. “Dulu Evangelist Distrik Sadrach adalah yang merintis dan meresmikan sidang Tangerang (kini Suka Asih). Dulu masih sedikit sekali anggotanya, sekarang saya senang jumlahnya demikian banyak.” Rasul Distrik Edy dalam suatu perjumpaan dengannya di rumah juga menghaturkan terima kasih atas pelayanan dan kasih yang ditunjukan Oma Sadrach bagi pekerjaan Allah, “semuanya tidak akan dilupakan dan mendoakan berkat yang berkelimpahan bagi Oma,” demikian Rasul Distrik menghibur Oma Sadrach kala itu.
Hari ini ia berusia 96 tahun. Dalam catatan statistik Gereja Kerasulan Baru Indonesia, ia adalah salah satu anggota tertua. Dalam kesendiriannya ia masih bersyukur anaknya senantiasa mengingat dan mengasihinya meskipun terpisah jarak yang jauh. Juga kasih dan perhatian dari sesamanya serta para pemangku jawatan, itu menghibur dan menguatkannya. “Saya sudah tidak punya apa-apa lagi, tapi saya bersyukur banyak yang mengasihi saya.”
Dalam beberapa bulan terakhir ini ia mengalami sakit yang cukup serius. Namun itu sama sekali tidak menggoyahkan imannya untuk terus percaya kepada Yesus. Perjamuan Kudus adalah suatu yang sangat dinantikan pada hari Minggu. Memang ia sudah tidak dapat mendengar dengan jelas, namun sorot matanya masih tajam, berdoa Bapa kami dengan lantang, dan mengambil perjamuan kudus dengan penuh kerinduan.
Imannya yang kokoh menjadi teladan bagi kita semua. Tidak pernah sekalipun ia mengeluhkan sakitnya. Baginya, Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil. Kerendahan hatinya juga menonjol, yang membuat ia dikasihi oleh begitu banyak orang. Bagi orang yang mengenalnya, ia adalah seorang dengan iman sekokoh batu karang dan rendah hati.