Zurich. Topik di pikiran setiap orang selama beberapa hari ini adalah pandemi corona. Setiap hari, laporan-laporan menyajikan semakin banyak berita buruk kepada kita. Apakah yang harus dikatakan Rasul Kepala Gereja Kerasulan Baru tentang hal ini? Ia berpaling kepada saudara dan saudarinya dengan sebuah seruan untuk mengandalkan Allah.
Rasul Kepala Schneider, krisis corona menyebabkan orang-orang di seluruh dunia menahan napas mereka. Hingga kini, banyak orang di semua benua telah terinfeksi atau bahkan meninggal dunia. Apakah engkau memiliki sebuah pesan penghiburan?
Saya menganggap krisis ini sangat serius. Menurut perkiraan global, sekitar 8000 orang telah meninggal sebagai akibat dari virus corona, dan setidaknya 200.000 orang sudah terinfeksi (per 21 Maret 2020; untuk data terkini lihat: https://coronavirus.jhu.edu/map.html). Dan sayangnya, masih akan ada lebih banyak korban lagi. Kita mengambil bagian dalam penderitaan orang-orang yang terdampak, dan kita berdoa bagi mereka! Kita berterima kasih kepada semua yang telah berkomitmen secara individu, yang ada di garis depan untuk menolong orang-orang. Adalah sungguh-sungguh indah untuk melihat betapa banyaknya orang yang siap menolong orang lain dalam situasi-situasi sedemikian
Adalah pada saat-saat sedemikian khususnya sehingga kita dapat belajar dari anggota-anggota kita yang telah mengalami penderitaan besar di masa lampau:
- menurut rencana-rencana awal saya, saya seharusnya berada di Indonesia minggu depan. Di negara itu, lebih dari 2500 orang kehilangan nyawa mereka oleh karena dua gempa bumi. Para penduduk di kepulauan ini tidak memiliki cara melindungi diri mereka dari bahaya yang tidak kelihatan tersebut saat ini.
- Saya terkadang sedikit mengeluh karena saya harus tinggal di rumah sebagai akibat pemberlakuan jam malam di Prancis. Di Afrika ada ratusan ribu orang – di antara mereka juga banyak yang merupakan anggota kita – hidup di kamp-kamp pengungsian, di mana mereka sedikit banyak juga tertahan.
- krisis corona sayangnya akan juga memiliki konsekuensi-konsekuensi ekonomi yang dramatis di banyak tempat. Dan hal ini – seperti biasa – pertama dan terutama memengaruhi orang-orang yang hampir tidak memiliki apa pun di tempat pertama. Hal ini sangat mengkhawatirkan saya! Di sini saya tidak bisa tidak memikirkan 75000 anggota dari kawasan Kasai (Republik Demokratik Kongo) yang kehilangan semuanya – mutlak semuanya – dalam waktu seminggu di tahun 2017, dan yang telah melarikan diri ke negara lain atau ke hutan.
- ya, benar bahwa kita tidak dapat lagi berkumpul untuk berkebaktian. Itu menyakitkan. Bahkan di sini, saya memikirkan kembali hanya beberapa minggu lalu ketika saya berada di Afrika Barat. Orang-orang Kristen di sana dibunuh hanya karena menghadiri sebuah kebaktian.
- dan saya juga teringat pada saudara-saudari kita – baik di Rusia atau di pulau-pulau terpencil di Pasifik – yang hanya memiliki kesempatan untuk menikmati kebaktian-kebaktian secara teratur dengan perayaan Perjamuan Kudus sekali pada setiap beberapa minggu atau mungkin bahkan sebulan.
Saya tidak mengatakan hal ini untuk meremehkan krisis corona. Sebaliknya: Saya hanya ingin menyerukan kepada kita semua untuk belajar dari saudara dan saudari kita yang hidup dalam kondisi-kondisi sedemikian di negara-negara ini. Mengapa mereka mampu bertahan begitu kuat meski semua tantangan-tantangan yang ada ini? Ini karena mereka berakar dalam di dalam Kristus. Kasih mereka kepada Tuhan – itulah rahasia mereka! Dalam masa-masa sulit yang kita alami saat ini, kita menjadi sadar bahwa beragam hal yang masih membuat sibuk atau membebani kita beberapa minggu lalu, tiba-tiba menjadi benar-benar tidak penting. Kini hal yang paling penting di pikiran kita adalah untuk memelihara hubungan kita dengan Kristus!
Marilah kita tetap teguh di dalam kasih kita kepada Allah. Tuhan akan senantiasa menemukan suatu cara yang istimewa untuk menolong mereka yang mengasihi Dia. Janji Allah tetap: segala sesuatu – bahkan krisis corona – bekerja bersama untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah (lihat Roma 8:28).
Engkau sendiri tidak diizinkan bepergian jauh pada saat ini. Seperti apa dua minggu ke depan untukmu?
Oleh karena pembatasan-pembatasan yang dikenakan pada kami oleh pihak-pihak berwenang, saya harus membatalkan semua perjalanan yang telah direncanakan sampai 10 April. Pada saat ini, tidak seorang pun tahu bagaimana situasi ini akan terungkap setelah itu. Maka saya akan harus menyesuaikan dengan situasi, sama seperti orang lain – tetapi saya bukan tanpa semangat atau pengharapan: Saya tahu bahwa Allah menyertai kita dan bahwa Ia tidak akan meninggalkan anak-anak-Nya, khususnya dalam situasi-situasi yang sulit. Milikilah semangat: hal-hal akan berlanjut.
Kehidupan Gereja secara praktis menjadi diam. Hampir mustahil mengalami kebaktian-kebaktian. Apakah yang engkau nasihatkan kepada saudara dan saudari kita?
Berdiam dirilah di rumah dan manfaatkan sebaik-baiknya situasi ini. Di mana pun dimungkinkan, para Rasul Distrik telah bisa mengatur bagi anggota-anggota kita untuk menerima kebaktian-kebaktian di rumah melalui transmisi. Kita tidak tahu mengapa Allah mengizinkan sebuah situasi sedemikian. Tetapi saya yakin bahwa masa kelaparan rohani ini akan menolong kita mengenali lebih dari pada sebelumnya betapa pentingnya kebaktian-kebaktian, para pemangku jawatan, dan Perjamuan Kudus bagi kita!
Dan tidak ada perayaan Perjamuan Kudus di titik pusat kebaktian-kebaktian oleh transmisi ini?
Itu benar. Kebaktian-kebaktian ini akan dilaksanakan sesuai dengan liturgi seperti biasa, hanya tanpa perayaan Perjamuan Kudus. Akan tidak pantas jika hanya sedikit anggota kita yang mampu merayakan Perjamuan Kudus, sementara ribuan lainnya berpartisipasi dalam kebaktian dari rumah tidak mengalami itu.
Tidak dapatkah sakramen itu masih dirayakan sesuai praktik kita di dalam kebaktian-kebaktian istimewa, di mana dua wakil menerima hosti-hosti mewakili jiwa-jiwa yang merindukan?
Sejumlah saudara dan saudari sudah memberi saran itu di hari-hari belakangan: pemimpin kebaktian dapat menyalurkan Perjamuan Kudus kepada dua orang pemangku jawatan yang kemudian dapat menerimanya mewakili anggota-anggota di lokasi-lokasi penerimaan siaran. Setelah pertimbangan yang saksama, dan dalam konsultasi dengan para Rasul Distrik Eropa – yang merupakan yang pertama terdampak oleh hal ini, bagaimanapun – saya telah memutuskan untuk tidak mengikuti saran ini.
Mengapa tidak?
Perjamuan Kudus adalah sebuah sakramen, yang dampak penyelamatannya dijelaskan di dalam Katekismus kita (KGKB 8.2.20). Kita tidak dapat begitu saja mengubah cara penyalurannya secara praktis untuk menyesuaikan dengan kebutuhan kita saat ini. Adalah bagian dari tanggung jawab kelompok Rasul – khususnya tanggung jawab Rasul Kepala – untuk mempertahankan kekudusan Perjamuan Kudus! Berkenaan dengan Perjamuan Kudus bagi orang-orang yang telah meninggal, kita yakin bahwa tindakan-tindakan keselamatan ini dapat dan harus disalurkan kepada orang-orang yang telah meninggal. Satu-satunya cara untuk melakukan ini adalah untuk melibatkan yang hidup untuk mewakili jiwa-jiwa dari alam barzakh. Tetapi, pendekatan ini tidak dapat diterapkan bagi yang masih hidup. Kita harus makan tubuh Kristus dan minum darah-Nya dengan patut ketika menerima hosti yang disucikan dan disalurkan kepada kita oleh seorang pemangku jawatan keimaman (band. Pasal Kepercayaan Ketujuh dari Pengakuan Iman Kerasulan Baru).
Dan tidak ada cara lain juga untuk menyediakan hosti-hosti yang telah disucikan sebelumnya?
Selama bertahun-tahun di Gereja kita, kita telah akrab dengan praktik ini: orang-orang percaya menerima hosti-hosti yang disucikan, sehingga mereka juga dapat merayakan Perjamuan Kudus bahkan ketika tidak dihadiri oleh seorang pemangku jawatan. Sebagai contoh, ini adalah pendekatan yang digunakan bagi mereka yang menerima surat-surat perawatan pastoral. Namun, praktik ini juga harus tetap sebuah kekecualian. Ini sama sekali tidak dapat menggantikan, dalam cara yang berlaku penuh, perayaan Perjamuan Kudus di dalam persekutuan orang-orang percaya. Ini harus dengan jelas dinyatakan: sebuah perayaan Perjamuan Kudus yang terdiri dari seorang percaya di rumah sedang menyaksikan seorang pribadi pada sebuah layar yang mengambil sebuah hosti yang disucikan mewakili dirinya, tidak memiliki dampak untuk keselamatan yang sama seperti sebuah perayaan Perjamuan Kudus yang benar.
Jadi, apakah yang akan engkau anjurkan kepada para anggota?
Saya tahu bahwa banyak anggota yang harus melakukannya tanpa Perjamuan Kudus sampai akhir pandemi ini. Saya mengambil bagian dalam penderitaan mereka, karena saya sendiri, bagaimanapun, juga terkurung di rumah saya sampai pemberitahuan lebih lanjut sebagai akibat dari jam malam. Namun demikian, secara khusus dalam masa-masa tertekan ini, marilah kita mengandalkan Allah. Marilah kita taruhkan pengandalan kita kepada Allah – Ia senantiasa mengetahui bagaimana cara memberi mereka yang mengasihi Dia, apa yang sangat penting untuk keselamatan mereka!
Rasul Kepala Schneider, terima kasih banyak atas wawancara ini.
This post is also available in: English