“Semoga beliau kini dapat menikmati kedamaian bersama para hamba yang setiawan di alam barzakh,” Rasul Kepala Jean-Luc Schneider memberikan penghiburan kepada keluarga duka melalui e-mail yang dibacakan oleh Rasul Samuel Hadiwidagdo dalam kebaktian pemakaman Rasul Yusak Saptohadiprayitno, yang berpulang pada 5 Mei 2020. Banyak saudara-saudari yang ikut melepas Rasul Yusak menuju tempat peristirahatannya yang terakhir di Purworejo.
Mengalami kasih karunia Allah
“Sungguh kini damai sejahtera bisa dialami oleh almarhum. Tetapi Allah juga menyediakan damai sejahtera bagi keluarga duka yang ditinggalkan.” Demikianlah Rasul Samuel membuka kebaktian pemakaman dan juga mendoakan Ibu Suratin, istri dari Rasul Yusak begitu pula seluruh keluarga duka.
Rasul mendasarkan kebaktian pemakaman ini dari Yesaya 26:12 “ Ya TUHAN, Engkau menyediakan damai sejahtera bagi kami, sebab segala sesuatu yang kami kerjakan, Engkaulah yang melakukannya bagi kami.” Ia menandaskan bahwa mendiang Rasul memahami akan kasih karunia Allah. Di dalam aktivitas dan pekerjaan yang beliau lakukan, beliau mengakui bahwa yang mengerjakan adalah Allah dan bukan hasil pekerjaan atau jerih payahnya sendiri. Ketika beliau berdoa, Allah yang menjawab. Allah pula yang memberikan tenaga baginya untuk dapat melakukan pekerjaan-Nya. Ketika beliau memberitakan injil, Allah lah yang menyentuh hati dan menggenapi. Almarhum mengakui bahwa Allah yang bekerja, dan ia adalah alat-Nya.
Dan kini kita semua – juga bersama mereka yang telah dipanggil pulang, masih menantikan kedatangan Tuhan. Apa yang beliau tabur pada saat beliau aktif bekerja, maupun nasihat-nasihat berharga yang beliau berikan pada masa pengasoannya, Allah juga yang akan membuat benih itu berkembang agar siap dipanen pada harinya Tuhan datang “Untuk itu, sama seperti almarhum marilah kita juga senantiasa memuliakan Allah untuk pekerjaan-Nya.”
Seorang yang penuh kasih dan kesabaran
Rasul Distrik (t.m) Urs Hebeisen juga menulis dalam suratnya bagi keluarga duka: “Rasul Yusak adalah seorang yang saleh. Saya dapat mengatakannya karena saya tahu betapa rendah hatinya beliau. Kasihnya bagi para jiwa, kasihnya kepada pengutusnya Yesus Kristus, dan kesetiaannya yang tidak terbatas menjadikannya seseorang yang berkontribusi besar bagi pekerjaan Allah di Indonesia.” Beliau juga menambahkan, “Almarhum selalu memancarkan kasih dan kesabaran meskipun kita tahu ia mengalami penderitaan oleh karena penyakitnya. Ia selalu memuji Allah, dan memiliki kerinduan yang besar untuk kedatangan Kristus kembali.
Dua puluh tiga tahun sebagai Rasul
Yusak Saptohadiprayitno lahir pada 19 Februari 1937 di Banjarwinangun, Kebumen di keluarga Kerasulan Baru dan dimeteraikan oleh Rasul Kepas Tjitowirjo. Ia kehilangan ayahnya pada usia yang sangat muda. Pada usia 29 tahun beliau menerima tugas jawatan pertama di dalam gereja. Tidak berselang lama beliau menerima jawatan keimaman dan kemudian melayani sebagai Evangelist Distrik, Oudste Distrik, dan Uskup. Beliau ditahbiskan sebagai Rasul oleh Rasul Kepala Hans Urwyler pada 14 Oktober 1979 di Münster, North Rhine-Westphalia. Beliau bekerja dengan penuh semangat dan antusias untuk membantu dua Rasul Distrik: Hendra Tansahsami dan Alfons Tansahtikno hingga pengasoannya pada 2002 di Davao, Filipina.
This post is also available in: English