Selama kunjungan singkat di Jakarta pada tanggal 20 November 2018, Kepala Rasul Schneider mengunjungi sidang Kedoya dan mengadakan acara diskusi singkat dengan seluruh anggota sidang:
MC: Kami memahami engkau mengunjungi banyak sidang jemaat. Di tahun 2017 saja, dari data nac.today, saya melihat engkau setidaknya mengunjungi 60 tempat. Selama perjalanan tersebut, apakah engkau pernah merindukan sidang jemaat rumahmu?
Rasul Kepala (RK): Adalah berkat yang besar dan pengalaman yang menakjubkan untuk dapat mengunjungi banyak tempat dan sidang jemaat, terutama dalam persekutuan saudara dan saudari di seluruh dunia, sehingga saya bisa melihat mereka dalam menjalani iman, bagaimana mereka bersukacita dan bersetia. Sungguh pengalaman yang menakjubkan. Di sisi lain, RK sebagai ‘pengkhotbah keliling’. Kehidupan iman yang sejati ada di dalam sidang jemaat. Dan dalam aspek ini, saya harus berkata, saya merindukannya. Menjadi bagian sebuah sidang jemaat, hidup bersama melalui apa yang dialami sebuah sidang jemaat, saling berjumpa dengan para anggota, dan menjalani hidup bersama sebagai suatu kelompok, saya merindukannya.
Dan kemudian ketika berkenaan dengan sidang jemaat saya, saya pasti merindukannya karena ini sudah ditutup selama beberapa bulan, karena kami memiliki masalah dengan gedung karena ini tidak lagi sesuai dengan aturan keamanan dan setelah 60 keberadaannya, kami harus menutup sidang jemaat dan bergabung dalam sebuah sidang jemaat yang lebih besar di pusat kota. Jadi, saya masih sedikit sedih tentang hal itu.
Penerimaan teknologi menjadi lebih murah dan lebih dapat diakses bagi banyak orang. Cara orang menggunakan teknologi sebenarnya memengaruhi perilaku mereka, cara mereka berpikir, pada akhirnya sampai pada suatu tingkat yang memengaruhi bagaimana mereka memercayai sesuatu. Khususnya bagi kaum muda dan milenial. Apakah engkau memandang hal ini sebagai suatu kekhawatiran? Apakah engkau melihat hal ini sebagai suatu ancaman? Bagaimana engkau menyarankan kaum muda untuk sadar akan hal ini? Bagaimana mereka hendaknya bersikap bersama keluarga mereka, orangtua untuk mengantisipasi hal ini?
Kau benar, saya memiliki banyak kekhawatiran tentang cara orang menggunakan IT, komputer, media sosial. Pertama-tama saya memikirkan bahaya yang terbesar adalah ketika kita menggunakan sosial media dan memberi terlalu banyak informasi kepada ego, ketika “Aku” menjadi begitu penting. Bahwa setiap orang harus tahu sekarang apa yang sedang saya pikirkan, apa yang sedang saya lakukan, dll. Itu sangat lucu. Bagaimana dengan menjadi rendah hati? Bagaimana tentang kerendahan hati? Dan pastinya, semakin engkau berbicara tentang dirimu sendiri, semakin engkau tertarik dengan dirimu sendiri, semakin sedikit engkau tertarik dengan orang lain. Tidak ada lagi kehidupan sosial. Media sosial adalah bahaya terbesar untuk kehidupan sosial.
Dan kemudian, kita memiliki masalah sebagai orang Kristen. Karena hal itu mutlak bukan pengajaran Tuhan Yesus kita. Kehidupan kristiani didasarkan pada pertukaran – dalam saling menolong, dalam berbuat baik. Engkau tidak akan pernah berbuat baik saat duduk di depan komputermu. Untuk berbuat baik, engkau perlu persekutuan, engkau perlu pergi kepada orang lain, memahami mereka dan mendengarkan mereka. Itulah dasar kehidupan kristiani. Hal yang kedua, saya biasanya mengatakan bahwa IT atau internet adalah sebuah pembesar suara untuk orang-orang konyol. Karena orang yang terkonyol punya pengaruh sama besarnya dengan orang yang paling bijaksana dan paling pandai di bumi. Di sisi lain, orang-orang tidak lagi terlatih untuk membuat suatu perbedaan, jadi mereka menempatkan semua hal pada tingkatan yang sama. Dan mereka tidak dapat mengenali mana dusta – mana kebenaran, mana yang penting – mana yang tidak penting. Aspek lainnya: Orang-orang dapat menjadi luar biasa kejam, dan engkau dapat menyerang orang lain dan mengatakan hal-hal buruk. Kebanyakan bohong. Jadi, internet dapat menjadi menakjubkan, tetapi berhati-hatilah dengan cara engkau menggunakannya dan cara engkau mengerjakannya.
Seperti yang kita tahu, anak-anak kita hanya menghabiskan sekitar 45 menit seminggu bersama guru-guru Sekolah Minggu atau Pelajaran Agama. Jadi, bagaimana seharusnya para orangtua bekerja bersama para guru untuk memastikan agar mereka mampu memupuk pengajaran Injil atau pengajaran gereja sehari-hari? Tidak menunggu sampai hari Minggu
Pertama-tama, saya harus membuat pernyataan yang penting. Pendidikan keagamaan bukanlah tugas para guru. Ini adalah tugas orangtua. Orangtua harus menyertakan Allah, Yesus, dan iman mereka ke dalam kehidupan mereka sehari-hari. Tidak boleh terjadi bahwa orangtua hanya hidup seperti orangtua lainnya selama seminggu penuh dan mereka hanya menanyakan tentang Allah dan Yesus pada hari Minggu dan dalam kebaktian tengah minggu atau dalam Sekolah Minggu
Anak-anak harus menjadi segera sadar, bahwa iman kepada Yesus – adalah bagian dari kehidupan sehari-hari dari orangtua mereka. Mereka harus menyadari itu. Ayah saya seorang Diaken, ibu saya seorang saudari biasa dalam sidang jemaat saya, tetapi saya ingat suatu kali kami mengalami masa yang sulit. Ayah saya sering sakit dan hampir meninggal, dan ibu saya berdoa dengan saya. Dan sebagai seorang muda, saya berusia sekitar 5 atau 6 tahun pada waktu itu, dan ibu saya berdoa dengan saya. Kami berdoa bersama. Dan setelah ia menyelesaikan doa, hati kami berada dalam damai sejahtera. Saya tidak akan pernah melupakan hal itu. Kita Kami mengalami masalah, kami pergi ke kebaktian. Setelah kami pulang, segala sesuatu bereda. Mereka bukan orang yang berpendidikan tinggi, mereka hanya setia.
Itu masih berlaku dengan saya saat ini, itu adalah tugas orangtua. Ketika mereka berdoa dengan anak-anak mereka, dan anak itu harus sadar “Oh! Kini sesuatu terjadi, doa ini menggerakkan sesuatu.” Mereka pergi ke kebaktian, dan mereka bicara dengan berbeda. Dan itu adalah hal yang paling penting. Dan ketika orangtua bicara tentang iman mereka dalam kehidupan mereka sehari-hari: melihat koran dan mereka berbicara tentang “lihat, Yesus tidak akan setuju dengan itu” atau mungkin ketika mereka melihat sesuatu yang menyenangkan ketika mereka bicara tentang anggota sidang jemaat, “Lihat, engkau lihat, apa yang telah mereka lakukan? Yesus akan melakukan tepat hal yang sama. Ketika orangtua melakukan hal ini, maka iman menjadi masuk mendalam ke dalam hati dan kemudian tuga menjadi lebih mudah bagi guru. Kembali, tanggung jawab adalah pada orangtua.
Saya ingin menambahkan sesuatu. Tugas orangtua adalah untuk melakukan yang terbaik dari mereka dan untuk membuat banyak upaya. Mereka memiliki kewajiban untuk melakukan yang terbaik. Mereka tidak memiliki kewajiban terhadap hasilnya. Jika di akhir cerita, jangan pernah lupa bahwa Allah telah menciptakan manusia dengan kebebasan dalam memilih. Tetapi, meski mereka telah melakukan yang terbaik, mereka dapat sampai pada suatu waktu ketika mereka melihat anak saya tidak ingin pergi ke gereja, mereka tidak dapat memaksa mereka. Mereka harus menerimanya. Tanggung jawab mereka adalah untuk melakukan yang terbaik, tetapi ketika anak itu tumbuh besar dan menggunakan kebebasan dalam memilih, dan orangtua itu tidak bersalah. Saran saya adalah, kasihilah mereka tanpa perbedaan. Jangan bicara terlalu banyak kepada mereka. Kasihi mereka saja, berdoalah untuk mereka, dan biarkan mereka mengalami bahwa tidak ada perbedaan dalam kasihmu kepada mereka. Itu adalah cara yang terbaik. Jika Allah ingin mereka kembali, Ia akan membuatnya demikian. Jangan paksa mereka.
Konsep yang menarik tentang pertandingan, selama kebaktianmu yang terakhir di Manila. Bagaimana kita hendaknya bertahan dan meraih energi untuk menjadi seorang pemenang setiap hari selama pertandingan yang sedang berlangsung?
RK: Itu adalah sebuah pertanyaan yang baik. Pada dasarnya, kita harus menyadari bahwa masing-maing anak Allah dapat memenangkan pertandingan, mampu melakukannya. Bahwa tidak ada seorang pun dapat berkata “Saya tidak mampu untuk memanangkan pertandingan ini”. Ini bukan persoalan tentang karunia, ini bukan persoalan tentang kemampuan, jika engkau dipilih, engkau dapat melakukannya. Pada dasarnya, ini hanya sebuah persoalan motivasi. Dan dari mana motivai itu berasal, hanya ada satu jawaban: Yesus Kristus. Saya bukan pemimpi, tetapi itu adalah keyakinan terbesar saya. Semakin kita mengenal Yesus Kristus, semiakin kita dekat dengan-Nya, semakin kita mengasihi Dia, semakin kita memiliki kerinduan untuk berada bersama-Nya, semakin kita memiliki kerinduan untuk bertindak seperti Ia bertindak, untuk bereaksi seperti Ia bereaksi, untuk menjadi berkat sepergi Ia yang adalah berkat dan untuk mendukung Dia di dalam perbuata dan pekerjaan-Nya.
Jadi, hanya ada satu motivasi, yang lainnya lupakan. Yesus Kristus. Semakin kita mengenali Dia, semakin besar engkau mengasihi Dia. Dan semakin besar engkau mengasihi Dia. Dan semakin besar engkau mengasihi Dia, semakin besar engkau termotivasi untuk mengikut Dia. Kini, saya dapat berkata kepadamu juga apa yang tidak berhasil: rasa takut dan cemas: “Jika engkau melakukan itu, engkau akan luput, jika engkau melakukan ini engkau akan dihukum:. Itu tidak berhasil. Sebuah motivasi yang salah. “Jika engkau melakukan itu, engkau akan diberkati pada kehidupanmu sehari-hari, dan mereka mencari ke sidang jemaat siapa yang setia, tetapi mereka tidak pernah menerima uang”. Jika motivasimu bukan untuk Yesus Kristus, itu tidak berhasil. Satu-satunya motivasi adalah kasih kepada Yesus Kristus.
Bolehkah kami tahu kekhawatiranmu yang terbesar untuk tiga tahun mendatang?
Perhatian utama adalah saya ingin menjadi bagian dari kelompok Rasul, untuk mampu mempersiapkan pengantin perempuan Kristus. Itu adalah alasan utama kita, motivasi utama kita. Kita harus memastikan agar di mana pun dalam sidang jemaat bahwa Yesus Kristus adalah dan tetaplah pusat perhatian. Dan hal itu tidak mudah. Pastikan agar Yesus Kristus berada dalam titik pusat, Ia adalah nomor satu yang adalah perhatian yang pertama. Dan hal itu tidak muda karena semakin lama sebuah gereja berdiri, semakin besar bahayanya di mana sesuatu yang lain menjadi lebih penting dalam kehidupan sidang jemaat daripada Yesus Kristus. Jadi, kita sebagai para Rasul, kita harus memastikan agar Yesus Kristus dan Injil-Nya dan kedatangan-Nya kembali adalah hal yang paling penting. Itu aspek pertama.
Kemudian dari sudut pandang praktis, kita sekarang sedang bekerja keras pada materi-materi pengajaran *Sekolah Minggu, Pelajaran Agama, Pelajaran Konfirmasi), itu adalah persoalan yang besar, kita harus menyebarkannya ke seluruh dunia, Tugas lainnya yang adalah lebih bagiku sebagai Rasul Kepala jika kita memiliki ajaran yang sangat baik dan dirumuskan dengan baik. Ajaran ini dikenal oleh para Rasul, ajaran ini dikenal oleh para anggota, kita harus menyebarkannya ke seluruh sidang jemaat dan memastikan agar apa yang dikhotbahkan dalam setiap sidang jemaat selaras dengan ajaran masa sekarang. Itulah tantangannya, dan itulah yang kita coba lakukan.
This post is also available in: English