Buah-buah pikiran tentang nas Alkitab
“Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil: menurut ukuran manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah…”
1 Korintus 1:26-27a
Pendahuluan
Nas Alkitab untuk persekutuan doa hari ini dapat ditemukan di dalam pasal pembuka surat kepada orang-orang Korintus. Pemberitaan Injil ditolak oleh orang-orang Yunani yang terpelajar dalam filosofi, dengan cara yang sama itu ditolak oleh orang-orang Yahudi yang saleh. Orang-orang Yunani memiliki pandangan bahwa proses berpikir itu terlalu sederhana dan tidak mencapai tingkat konsep filosofis mereka. Orang-orang Yahudi yang saleh berpikir bahwa kepercayaan kepada Kristus secara khusus tidak berwawasan luas. Mereka menginginkan bukti objektif akan kebenarannya. Paulus merespons hal ini: “Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan itu adalah kekuatan Allah” (1 Korintus 1:18).
Mengingat panggilan kita
Mereka yang terbilang ke dalam sidang jemaat Kristen adalah orang-orang yang sederhana dan kebanyakan miskin dan tidak terpelajar. Mungkin banyak yang merasa malu menjadi orang-orang Kristen. Mereka bisa saja merasakan kehinaan di mana mereka tertawan. Oleh karena itu, Paulus berseru kepada mereka untuk memiliki keyakinan: “Ingat saja, saudara-saudara, bagaimana keadaan kamu, ketika kamu dipanggil.”
Pada kenyataannya, dipanggil untuk hidup dalam persekutuan dan menjadi milik Allah seharusnya menciptakan suatu rasa aman dan pasti. Jadi, apakah alasan untuk panggilan orang-orang Kristen baik dulu maupun sekarang?
Untuk bersaksi tentang kematian dan kebangkitan Yesus Kristus tentunya adalah alasan yang pertama. Yesus bukan sekadar orang lain atau pribadi istimewa yang dibunuh karena gagasan idealnya. Ia adalah Dia yang kepada-Nya keselamatan kita bergantung. Ia adalah Manusia dan Allah.
Kita juga dipanggil untuk memberitakan kasih Allah. Allah ingin menyelamatkan pendosa dari dosa dan berpaling kepada orang-orang yang ada di dalam dosa. Umat manusia hendaknya tidak takut kepada Allah, tetapi berpaling kepada Dia seolah-olah kepada seorang ayah atau ibu yang mengasihi. Jika kita mendekati sesama kita dengan kasih, maka kasih Allah dapat dinyatakan kepadanya melalui kita.
Panggilan kita juga menyangkut masa depan. Kita dipanggil sebagai para sulung, untuk memerintah bersama Yesus di dalam kerajaan damai dan untuk membawa Injil baik kepada yang hidup maupun yang mati. Dengan panggilan kita, Yesus Kristus mengaruniakan kita suatu sudut pandang yang melampaui penderitaan dan kematian, melampaui keberadaan duniawi, dan yang memberi kita kepastian akan hidup yang kekal di dalam ciptaan yang baru.
Orang-orang dengan kegagalan-kegagalan dipanggil
Di bagian kedua nas Alkitab kita Paulus berkata: “…tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh, tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah…”
Allah memilih orang-orang yang tentang mereka dapat ditanyakan, “apa yang istimewa dari mereka”. Perkataan ini menjadikan jelas bahwa Allah tidak memerlukan siapa pun yang istimewa, tetapi bahwa Ia berpaling kepada orang-orang yang sangat biasa dengan semua perbedaan mereka. Orang tidak perlu terpelajar, berpengaruh, atau unggul secara sosial agar dipanggil oleh Allah dan hal itu sudah terjadi di dalam perjanjian lama. Israel dipilih sebagai sebuah bangsa bukan karena mereka bangsa yang kuat atau besar: “Bukan karena lebih banyak jumlahmu dari bangsa manapun juga, maka hati TUHAN terpikat olehmu dan memilih kamu — bukankah kamu ini yang paling kecil dari segala bangsa? – tetapi karena TUHAN mengasihi kamu” (Ulangan 7:7-8a).
Adalah kasih yang merupakan unsur penting di dalam tindakan-tindakan Allah. Untuk alasan ini, kegagalan-kegagalan sebuah bangsa atau seorang individu tidak dapat menghalangi mereka untuk dipanggil. Namun, adalah penting untuk seseorang bertanya kepada dirinya sendiri, bagaimana ia ingin merespons panggilan Allah. Sebagai contoh, untuk menjalani kehidupan iman, kasih, dan ketaatan akan menjadi suatu ungkapan pengertian yang mendalam akan kasih Allah. Janganlah kita pernah lupakan bahwa Allah membangkitkan dan menyelamatkan pendosa yang telah Ia panggil.
Kelompok Kerja Tuntunan untuk Kebaktian 07/2020
This post is also available in: English