Buah-buah pikiran tentang nas Alkitab
Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu. Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorangpun di antara kamu akan kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya.” Sesudah berkata demikian, ia mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah di hadapan semua mereka, memecah-mecahkannya, lalu mulai makan.
Kisah Para Rasul 27:34-35
Pendahuluan – Perjalanan Paulus ke Roma
Kisah Para Rasul 27 menceritakan tentang sebuah pelayaran penuh bahaya yang ditempuh Rasul Paulus. Paulus melakukan perjalanan dari Kaisarea ke Roma sebagai seorang tahanan (ayat 1). Perjalanan itu menempuh waktu lama dan dilanda badai yang hebat dan kehilangan navigasi, sehingga semua yang ada di kapal takut akan hidup mereka (ayat 20).
Di tengah-tengah situasi putus asa ini, dinyatakan kepada Paulus oleh Allah bahwa adalah kehendak-Nya agar Paulus hendaknya tampil di hadapan Kaisar di Roma dan karena itu semua orang yang ada di kapal akan diselamatkan karena dia (ayat 21-26). Maka, ia menyemangati rekan-rekan seperjalanannya untuk mengandalkan firman Allah.
Meskipun ada janji Allah, para pelaut berusaha untuk meninggalkan kapal, tetapi gagal dalam usaha mereka melarikan diri dengan sebuah sekoci (ayat 30-32). Setelah kesukaran yang melelahkan di laut (ayat 27, 33), Rasul mengajak setiap orang untuk makan bersamanya, mengulangi bahwa tidak ada siapa pun yang akan mengalami bahaya (ayat 34-35). Namun, para prajurit memutuskan untuk membunuh Paulus dan tahanan-tahanan yang lain, tetapi hal ini dicegah oleh campur tangan dari perwira (ayat 42-43). Pada akhirnya, seluruh 276 penumpang mengalami mukjizat penyelamatan mereka dan karena itu penggenapan janji Allah terpenuhi (ayat 44).
Menjadi seorang Kristen di dalam ujian-ujian kehidupan
Kejadian-kejadian dalam perjalanan Paulus dapat dilihat sebagai suatu gambaran untuk perjalanan orang-orang Kristen menuju Allah. Kita juga terkadang merasakan bahwa kita adalah “tahanan-tahanan” yang tunduk pada keinginan orang lain atau kuasa-kuasa kejahatan. Banyak usaha kita kelihatannya tidak berhasil dan rencana-rencana hidup kita kadang-kadang dapat menjadi kacau. Kita menjadi putus asa oleh karena dampak-dampak yang dimiliki pengaruh-pengaruh ini dan iman kita tiba-tiba dapat mulai goyah.
Hidup sebagai seorang Kristen bukanlah jaminan bahwa segala sesuatu dalam hidup akan berjalan dengan lancar dan sama seperti Paulus yang tidak dihindarkan dari kesulitan dan penganiayaan, kadang-kadang kita juga berada dalam situasi-situasi yang menyebabkan kesulitan dan penderitaan. Akan tetapi, kita tidak ingin menjadi seperti para pelaut dan meninggalkan “kapal” (Injil dan Gereja) dengan sebuah sekoci.
Kita secara khusus mengalami penyataan ilahi dan kedekatan dengan Allah di dalam kebaktian-kebaktian di mana Yesus ingin berada di tengah-tengah kita (Matius 18:20). Ia mengenal kita lebih baik daripada kita mengenal diri kita sendiri dan Ia akan merawat kita (Matius 10:30).
Persiapan makan oleh Paulus di atas kapal bukanlah sebuah perayaan Perjamuan Kudus, tetapi kata-katanya mengingatkan kita tentang peristiwa tentang perjamuan malam di dalam Perjanjian Baru (Markus 14:22-25). Orang-orang Kristen tidak dapat hidup tanpa Kristus. Kerendahan hati dan iman mereka menjadikan jelas bagi mereka bahwa Yesus sungguh-sungguh hadir di dalam Perjamuan Kudus dan bahwa Ia menguatkan mereka di dalam ujian-ujian dan memberi mereka kepastian dalam iman mereka.
Kelepasan dan keselamatan kekal kita terjamin apabila kita mengandalkan pertolongan Allah meski segala kesesakan dalam hidup dan jika kita memegang teguh janji kedatangan Tuhan Yesus kembali.
Kelompok Kerja Tuntunan untuk Kebaktian 09/2020
This post is also available in: English