Buah-buah pikiran tentang nas Alkitab
[Kristus] yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.
Filipi 2:6-8
Bacaan Alkitab: Filipi 2:5-11
Pendahuluan
Nas Alkitab dari surat kepada orang-orang Filipi menggambarkan jalan Putra Allah dari kemuliaan ilahi masuk ke dalam dunia manusia. Ia menanggalkan semua kedaulatan dan tampil sebagai manusia biasa di antara orang-orang.
“… yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah…”
Putra Allah memutuskan berdasarkan kehendak bebas-Nya sendiri untuk meninggalkan kemuliaan-Nya dan menjadi manusia. Ia tidak dengan egois berpegang pada kemahakuasaan dan kemahatahuan ilahi, tetapi menanggalkannya dan sebagai gantinya memilih kedudukan yang rendah dari seorang hamba (secara harafiah “budak”), dan menempatkan diri-Nya dalam sebuah situasi yang benar-benar tidak layak bagi-Nya.
“Dan mengambil rupa seorang hamba…”
Di dalam Yesus Kristus, Putra Allah dikenali sebagai seorang manusia di antara orang-orang. Mereka melihat-Nya sebagai anak laki-laki dari Yusuf, tukang kayu, dan mengetahui nama ibu-Nya adalah Maria (Matius 13:55-56). Berkenaan dengan kedudukan-Nya dalam masyarakat, Yesus adalah seorang biasa yang tampil dengan otoritas untuk memberitakan bahwa kerajaan Allah sudah dekat.
Namun, sebagai manusia, Yesus Kristus secara mendasar berbeda dengan semua manusia lainnya, di mana Ia tidak tercemar oleh dosa. Yesus sesungguhnya adalah sosok yang umat manusia senantiasa dimaksudkan untuk menjadi (Roma 5:12-15). Ia adalah teladan kita dan tindakan-tindakan dan perkataan-Nya menunjukkan kepada kita bagaimana kita hendaknya bertindak dan berbicara.
- Yesus menyelaraskan diri-Nya pada kehendak Allah: “Jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga” (Matius 6:10). Marilah kita juga berusaha untuk memahami kehendak Allah dan kemudian memenuhinya.
- Yesus menolong orang-orang yang menderita dan membutuhkan (Lukas 7:13). Marilah kita juga tidak mengabaikan penderitaan orang lain, tetapi siap untuk menolong kapan pun dimungkinkan.
- Yesus bertahan terhadap penghinaan dan ejekan serta tidak membiarkan hal-hal ini menghalangi-Nya untuk memberitakan kerajaan Allah (Matius 27:29; Markus 15:31). Marilah kita juga tidak membiarkan ejekan atau ketidaktertarikan menghalangi kita untuk mengakui Injil dan kedatangan Kristus kembali yang sudah dekat.
“Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.”
Penjelmaan dan perendahan Putra Allah sebagai manusia mencapai akhirnya pada penyaliban. Ini menunjukkan bahwa, meskipun Yesus juga merasakan ketakutan akan rasa sakit dan kematian, Ia menerima segala sesuatu yang ditaruhkan ke atas-Nya. Mengapa Ia melakukan hal ini? Ini karena Ia ingin memberikan kepada semua manusia kesempatan untuk menemukan jalan mereka kembali kepada Allah dan meraih hidup yang kekal (KGKB-PJ 177-178).
Oleh karena Putra Allah telah merendahkan diri-Nya, menderita, dan matilah kita dapat dilepaskan dan memiliki hidup yang kekal.
Kelompok Kerja TUK 10/2020