Rasul Samuel Hadiwdagdo mengangkat Priester Budi Santoso sebagai ketua sidang yang baru untuk Kedoya Selatan, meneruskan tugas yang sebelumnya diemban oleh Evangelist Ferry Soetikno dalam kebaktian Minggu, 31 Januari 2021. “Atas nama jawatan Rasul yang kuemban, kami menghaturkan terima kasih kepada Evangelist Ferry yang telah dengan penuh kasih dan perhatian merawat sidang Kedoya Selatan di banyak tahun. Tetaplah engkau melayani sebagai Evangelist bersama dengan ketua sidang yang baru dan para pemangku jawatan lainnya. Dan bagi ketua sidang yang baru, bekerjalah dengan kasih. Apabila engkau bekerja dimotivasi oleh kasih kepada Allah dan sesama maka itu akan menimbulkan sukacita.”
Sidang Kedoya Selatan telah berdiri selama 22 tahun. Kebaktian pertama kali di sidang ini terjadi pada 8 November 1998. Evangelist Distrik Bambang Purwadi kala itu meresmikan sidang Kedoya sebagai perluasan dari sidang Nusantara. Awalnya sidang ini beranggotakan 60 jiwa dan menyewa sebuah tempat di Sport Club perumahan Kedoya Garden. Selama lebih dari 21 tahun menggunakan tempat itu, Allah mengaruniakan tempat yang baru, masih berada di lingkungan perumahan Kedoya Garden. Priester Rudy Soetikno menghibahkan tanah yang beliau miliki kepada gereja, kemudian dibangun sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Kantor Cabang GKBI Jakarta dan sidang Kedoya Selatan. Kini, sesuai konsep jawatan yang baru, ketua sidang jemaat dapat melakukan suksesi atau regenerasi kepemimpinan kepada yang lebih muda sesuai kebutuhan sidang jemaat. Priester Budi Santoso yang beberapa bulan terakhir telah ditugaskan sebagai wakil ketua sidang, pada Minggu yang lalu diangkat menjadi ketua sidang jemaat yang baru. Sidang Kedoya kini beranggotakan 165 jiwa dan dirawat oleh 18 pemangku jawatan.
Sebagai dasar pelayanan, Rasul Samuel menggunakan nas dari Markus 6:48,49 “Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka. Ketika mereka melihat Dia berjalan di atas air, mereka mengira bahwa Ia adalah hantu, lalu mereka berteriak-teriak”
Setelah melakukan mukjizat pelipatgandaan roti, Tuhan meminta murid-murid untuk naik perahu dan pergi mendahului-Nya ke Betsaida. Ia sendiri pergi untuk berdoa di bukit. Meskipun jauh dan gelap, Ia menyadari bahwa murid-murid kelelahan berjuang melawan sebuah angin sakal yang membuat mereka kepayahan dan tidak bergerak maju. Ia memutuskan untuk menjumpai mereka di atas air dan menghampiri mereka untuk menyemangati mereka. Kemudian Tuhan naik perahu bersama mereka, angin itu reda dan mereka bisa melanjutkan perjalanan mereka dengan aman.
Yesus telah memercayakan kepada kita tugas untuk bekerja bagi keselamatan kita dengan mempersiapkan diri kita bagi kedatangan-Nya kembali. Ia menjadikan kita bagian dari Gereja, masuk ke dalam tubuh Kristus, untuk melayani Dia. Kadang-kadang kita menghadapi angin sakal. kita merasa seperti kita tidak bergerak maju, sehingga kita melelahkan diri kita tanpa hasil. Yesus Kristus mengetahui dan bersimpati dengan kesakitan kita (Mzm. 34:19). Ia datang menjumpai kita untuk menghibur kita di dalam kebaktian-kebaktian, melalui “malaikat-malaikat” di sekeliling kita, Ia mengampuni kita.
Tuhan mengetahui kesakitan kita dan memastikan belas kasihan-Nya bagi kita. Ia menghibur kita dengan firman-Nya dan menolong kita pada waktunya. Kita mengandalkan kasih dan pengajaran-Nya dan bertekun sampai pada akhirnya.