Allah kita berbeda dengan berhala-berhala yang disembah oleh bangsa-bangsa lain. Kita menyembah Allah yang tidak terlihat, sementara berhala-berhala hanyalah patung-patung yang dibuat oleh manusia. Kepercayaan yang kuat dan pengandalan kita kepada-Nya sangat menentukan.
“Mengapa bangsa-bangsa akan berkata: “Di mana Allah mereka?” Allah kita di sorga; Ia melakukan apa yang dikehendaki-Nya!” Rasul Distrik menggunakan nas dari Mazmur 115:2-3 ini untuk memberikan dasar kebaktian bagi pelayanannya di sidang jemaat Kedoya Selatan, Jakarta pada Minggu, 10 Juli 2022 yang lalu.
Juga pada saat sekarang ini, kita dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan “di mana Allah mu?”. Terutama ketika seakan-akan doa kita tidak kunjung dijawab oleh-Nya, atau nampaknya Allah berada di pihak orang-orang yang tidak percaya – yang lebih sukses daripada orang-orang yang percaya kepada-Nya, bahkan Tuhan Yesus belum juga datang untuk menggenapkan janji-Nya.
Marilah kita tidak teralihkan oleh pertanyaan-pertanyaan ini, namun membiarkan Roh Kudus memberikan jawaban-jawaban yang tepat. Ia mengajar kita bahwa Allah “di sorga.” Pikiran-pikiran dan tindakan-tindakan-Nya melampaui pengertian manusia (Yes. 55:9).
Ia melakukan “apa yang dikehendaki-Nya.” Allah telah menciptakan manusia untuk hidup dalam persekutuan yang sempurna dengan-Nya dan dengan satu sama lain. Keselarasan inilah yang hancur oleh kejatuhan ke dalam dosa. Allah ingin menciptakan sebuah bumi yang baru di mana orang-orang bisa sekali lagi hidup dalam persekutuan dengan satu sama lain.
Roh Kudus juga mengingatkan kita tentang penderitaan-penderitaan yang Yesus alami di bumi ini. Ia dapat memahami orang-orang yang malang karena Ia mengambil bagian dalam penderitaan mereka. Ia membuktikan kasih-Nya dengan bersedia untuk mati bagi kita.
Yesus Kristus selalu ada bersama yang lemah dan yang ditolak. “Pikirkanlah Diaken Stefanus,” ujar Rasul Distrik dalam pelayanannya. Pertolongan Allah tidak mencakup membebaskannya dari musuh-musuhnya, tetapi dengan memberikannya kekuatan untuk tetap setia sampai akhir. Yesus selalu bersedia untuk mengampuni para pendosa yang datang kepada-Nya dengan hati yang rendah dan bertobat.
Di dalam setiap kebaktian, Kita dapat berbicara dengan-Nya, mendengar suara-Nya, dan berada dalam persekutuan dengan-Nya pada waktu perayaan Perjamuan Kudus.