IM GOTES NAME TU BETRATEN – Perkataan ini tertulis di memorial (monumen peringatan) di Pulau Mansinam, Manokwari, Papua, Indonesia yang berarti “DENGAN NAMA TUHAN KAMI INJAK TANAH INI”. Rasul Distrik Urs Hebeisen beserta Rasul-rasul Edy Isnugroho dan Samuel Hadiwidagdo berkesempatan untuk mengunjungi memorial ini pada Oktober 2016 dalam kunjungannya ke Papua.
Papua, adalah sebuah pulau yang berbagi wilayah dua negara sekaligus, Indonesia dan Papua Nugini. Gereja Kerasulan Baru telah berdiri di cukup lama di kedua negara tersebut berkat para pionir yang telah bekerja keras memberitakan Injil di sana.
Menengok Sejarah
Dari bangunan memorial itu diketahui bahwa Carl Wilhelm Ottow dan Johann Gottlob Geissler, dua orang misionaris Belanda ini mengucapkan kata-kata itu ketika datang ke Mansinam di Manokwari pada 5 Februari 1855 untuk memperkenalkan Injil Kristus. Pekerjaan mereka membuahkan hasil, yakni pendirian gereja Kristen pertama di Papua, dahulu disebut Irian Jaya.
Butuh waktu bertahun-tahun hingga jawatan Rasul juga diperkenalkan di sana. Pada tahun 1983, Rasul Edward Deppner diutus oleh Rasul Distrik Michael Kraus. Ia mendarat di Sorong, sebuah tempat lain dari yang telah direncanakan. Namun, ini adalah cara Allah untuk membawanya dia bersama-sama dengan Tony Jappen yang kemudian menjadi Priester Kerasulan Baru pertama.
Suatu pertumbuhan yang kuat menyusul dan segera sebuah misi yang berkembang dapat diserahkan untuk perawatan dan perkembangan selanjutnya kepada Gereja Kerasulan Baru Indonesia, di mana Rasul Distrik Alfons Tansahtikno mengutus Oudste Distrik Sukarmin, kemudian diteruskan oleh Oudste Distrik Jonathan. Melalui pekerjaan mereka, sebanyak 16 sidang jemaat dan 2 pos pelayanan dengan 1015 anggota telah terbentuk di Papua.
Dalam sebuah doa, Rasul Distrik beserta para pemangku jawatan mengingat para pendahulu untuk pekerjaan Kristus di masa lalu ini, tetapi juga memohonkan agar pekerjaan baik dapat berlanjut di masa depan dan terang Kristus dapat terlihat di seluruh Papua.
Penguatan rohani
“Mengikut Kristus memerlukan pengorbanan-pengorbanan”, demikian diuraikan Rasul Distrik Hebeisen dalam sebuah pertemuan pemangku jawatan pada 8 Oktober 2016. “Seorang murid harus memikirkan apakah ia bersedia untuk membayar harga pengikutan”, kata Rasul Distrik. Ia pun merujuk pada Oudste Distrik Jonathan dan mereka yang telah mendahuluinya sebagai teladan. “Bagaimana dengan kita saat ini?”, sebuah pertanyaan yang menggugah dari Rasul Distrik.
“Tujuan para Rasul bukanlah untuk mengumpulkan orang sebanyak mungkin, tetapi untuk membentuk para murid Yesus yang sejati sebanyak mungkin dari mereka”, demikian Rasul Distrik mengutip perkataan Rasul Kepala Jean-Luc Schneider baru-baru ini. Dengan melihat pada pengalaman-pengalaman para murid Yesus, Rasul Distrik memotivasi para pemangku jawatan bahwa “dengan tetap setia dalam mengikut Yesus, kita mengalami kehadiran Kristus, memuktikan kuasa kasih-Nya, dan segera, kita akan mengetahui persekutuan yang kekal dengan-Nya. Itulah sukacita, kekuatan dan motivasi kita.”
Sebuah pengasoan yang diberkati
Oudste Distrik Jonathan telah melayani lebih dari 43 tahun di dalam jawatan. Enam belas tahun di antaranya di Papua, di mana ia pergi ke sana pada tahun 2001 atas permohonan Rasul Distrik Alfons Tansahtikno. Pada Minggu, 9 Oktober 2016, Rasul Distrik Urs Hebeisen memberikan pengasoan yang layak kepadanya.
Rasul Distrik juga menahbiskan Evangelist Sudirman menjadi Evangelist Distrik dan Priester Ulis Wanma menjadi Evangelist. Bersama-sama dengan Uskup Dwi Sulistyo Utomo dan Rasul Samuel Hadiwidagdo, mereka akan meneruskan apa yang telah dimulai oleh para hamba yang setia sebelum mereka.
Kebaktian yang didasari pada Lukas 7:47-48 tersebut juga dihadiri oleh seorang tamu istimewa, Saudara Stephen Deppner, putra dari mendiang Rasul Eddie Deppner, panggilan akrab Rasul Edward Deppner. Banyak sukacita saat ia melihat hasil dari apa yang telah dimulai ayahnya dan juga saat banyak orang tua yang melihat keturunan Rasul yang telah memeteraikan mereka.
This post is also available in: English