Buah-buah pikiran tentang nas Alkitab
Lalu Miryam, nabiah itu, saudara perempuan Harun, mengambil rebana di tangannya, dan tampillah semua perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari-nari.
Keluaran 15:20
Pendahuluan
Titik fokus hari ini adalah pada Miryam, saudara perempuan Harun dan Musa, yang mungkin tidak terlalu kita kenal sebagai seorang tokoh Alkitab. Musa baru saja memimpin umat keluar dari perbudakan di Mesir, yang merupakan sebuah kemenangan besar, tetapi bukan hanya karena umat telah dimerdekakan dari perbudakan, tetapi juga karena pasukan Mesir telah menderita kekalahan yang luar biasa. Umat Israel mampu berjalan menyeberangi Laut Merah di atas daratan yang kering, sementara pasukan Mesir tenggelam. Beberapa dari mereka yang mati itu mungkin dipaksa masuk ke dalam wajib militer dan karena itu tidak punya kesalahan pribadi atas apa yang telah terjadi. Maka, rasa syukur itu bukan timbul karena kematian musuh, melainkan karena Firaun dan pasukan besarnya tidak dapat menentang kehendak Allah.
Di dalam Keluaran 15:1-19, keluarnya umat Israel dari Mesir diperingati dalam bentuk sebuah mazmur yang dinyanyikan oleh Musa dan umat. Setelah nyanyian pujian bersama ini, Miryam mengambil inisiatif dan memimpin perempuan-perempuan dalam sebuah tarian untuk mengungkapkan rasa syukur dan sukacita mereka atas kemerdekaan yang menakjubkan. Untuk memuji Allah melalui tarian mungkin kelihatannya aneh bagi kita, tetapi hal itu cukup umum di masa Perjanjian Lama. Pikirkan saja Daud, misalnya, yang menari-nari mengelilingi Tabut Perjanjian (2 Samuel 6:14).
Rasa syukur dan sukacita
Sikap Miryam dapat menjadi sebuah contoh bagi kita. Ketika Allah memimpin kita keluar dari situasi yang tanpa harapan, kita hendaknya juga menunjukkan rasa syukur dan sukacita. Mungkin untuk menari di hadapan Allah bukan suatu tradisi bagi sebagian dari kita, tetapi ada banyak cara di mana kita dapat menunjukkan rasa syukur dan sukacita kita.
Pertama-tama, kita hendaknya menyebutkan doa, di mana kita dapat mengungkapkan perasaan-perasaan baik kita dan pengabdian kita kepada Allah. Kita juga menunjukkan rasa syukur ketika kita taat kepada kehendak Allah, misalnya, ketika kita menjadikan Sepuluh Perintah sebagai standar dengan mana kita bertindak. Untuk menolong seorang sesama yang berada dalam sebuah situasi sulit adalah juga satu cara yang baik untuk menunjukkan rasa syukur atas pertolongan yang Allah berikan kepada kita.
Gagasan-gagasan manusia dan kehendak ilahi
Meskipun Miryam dan Harun mengalami bagaimana Allah telah melakukan hal-hal besar melalui Musa dan bahwa Allah telah memanggilnya untuk memimpin umat, namun mereka punya keluhan-keluhan terhadap Musa (Bilangan 12:1-2). Musa telah menikahi seorang non-Israel, seorang asing, dan baik Harun maupun Miryam mengkritiknya atas hal ini. Mereka membenarkan kritikan mereka dengan mengatakan bahwa mereka juga dapat mewartakan kehendak Allah. Akan tetapi, Allah tidak berbicara melalui mereka sama sekali; alih-alih mereka memberitakan gagasan dan prasangka mereka sendiri seolah-olah itu adalah kehendak Allah.
Kita juga hendaknya tidak dengan mudah menghakimi dan mengungkapkan bahwa suatu hal adalah kehendak Allah hanya karena kita tidak menyukai cara orang lain bersikap atau karena kita memiliki suatu masalah dengan seseorang yang tidak setuju dengan ide-ide kita.
Miryam menyesali perkataannya dan mengenali hal itu bukan berasal dari Allah dan setelah suatu periode pertobatan, ia kembali ke dalam persekutuan umat Israel.
Marilah kita juga merenungkan apa yang telah Allah lakukan bagi kita para pendosa. Kita ingin wawas diri dan bertanya pada diri kita sendiri apakah kita mungkin, seperti Miryam, terkadang dapat mengambil sikap pembenaran diri dan menghakimi terhadap Allah, sesama kita, dan juga ketika merenungkan dan menilai banyak pertanyaan dan masalah-masalah kehidupan. Ketika hal ini terjadi, kita hendaknya bertobat seperti yang Miryam lakukan dan menyesal dan kembali masuk ke dalam persekutuan, dari mana kita mungkin menjauhkan diri kita secara batin. Apabila kita melakukan hal ini, pujian dan rasa syukur kita kepada Allah akan tulus.
Kelompok Kerja Tuntunan untuk Kebaktian 07/2020
This post is also available in: English