Yogyakarta – Rasul Distrik Edy Isnugroho berkenan meluangkan waktunya untuk berbagi dengan kita semua melalui wawancara di Instagram live NAC Indonesia pada Sabtu, 4 Juli 2020. Mengapa kebaktian istimewa begitu unik dan apakah makna kebaktian istimewa bagi Rasul Distrik sendiri? berikut kutipan wawancara dengan beliau.
Apakah dasar kebaktian istimewa menurut Alkitab?
Kitab Suci tidak mengajarkan kehidupan setelah kematian atau pertolongan untuk yang telah meninggal. Tetapi di dalam Kitab Suci ada banyak petunjuk mengenai hal itu. Prasyarat penting untuk ajaran kita tentang orang yang meninggal adalah pengertian bahwa jiwa itu tidak dapat mati. Tidak matinya jiwa dirujuk dalam Kebijaksanaan Salomo dan dalam perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus yang miskin. Pemikiran pertolongan untuk yang telah meninggal dalam Perjanjian Lama dirujuk dalam 2 Makabe 12:39. Dalam 1 Korintus 15:29 Rasul Paulus menunjuk pada bahwa orang yang hidup dibaptis untuk orang mati. Kemudian berita dalam 1 Petrus 3:18-20 merujuk pada turunnya Yesus Kristus ke dalam dunia orang mati: setelah kematian kurban-Nya Ia memberitakan Injil kepada orang mati. Ini merupakan fondasi pengajaran bahwa Yesus turun ke dunia orang mati. Ajaran ini dimasukkan ke dalam Apostolicum (“turun ke neraka”). Hal ini sekali lagi diangkat dalam 1 Petrus 4:6: “Karena alasan inilah Injil diberitakan juga kepada mereka yang mati, agar mereka dapat diadili menurut manusia dalam daging, tetapi hidup menurut Allah dalam roh.”
Berita dalam 1 Petrus 3:18-20 dan 4:6 Pada masa setelah para Rasul, baptisan untuk orang mati dipraktikkan di kalangan kelompok orang dalam gereja awal. Para Rasul dari Gereja Kerasulan Katolik mengambil arah mereka dari tradisi adat-istiadat Katolik dan Ortodoks untuk mengantarakan mereka yang meninggal. Doa pengantara ini terutama dibawa kepada Allah pada Hari Semua Orang Kudus. Nas dari 1 Korintus 15:29, dipergunakan Rs. Schwartz sebagai dasar alkitabiah untuk pembaptisan dan kemeteraian orang yang meninggal. Pada akhir tahun 1870-an, Perjamuan Kudus juga dibagikan kepada yang meninggal.
Penjelasan mengenai Kehidupan setelah Kematian dijelaskan secara lengkap dalam Katekismus Gereja Kerasulan Baru bab 9.
Di beberapa gereja tidak diperkenankan untuk mendoakan orang yang telah meninggal agar masuk surga, bagaimana pandangan Gereja Kerasulan Baru akan hal ini?
Ajaran Kerasulan Baru tentang keselamatan bagi orang-orang meninggal berbeda dengan ajaran gereja-gereja lain. Bagi beberapa saudara-saudari perbedaan ini kelihatannya problematis. Namun sesungguhnya ajaran Gereja kita sesuai dengan Alkitab dan roh Injil; ajaran ini adalah salah satu ciri khas Gereja Kerasulan Baru.
Dalam Perjanjian Lama orang-orang hidup memohon kepada Allah untuk menghapus dosa-dosa orang yang sudah meninggal dengan mempersembahkan kurban. Orang-orang Kristen Kerasulan Baru menjadi perantara dalam doa bagi orang-orang yang telah meninggal dunia: mereka memohon kepada Tuhan untuk menolong mereka yang telah pergi ke alam barzakh dalam keadaan yang belum dilepaskan. Ini bukan berdoa memanggil arwah, yang bahkan ditentang oleh Allah.
Para Rasul menerima tugas dari Yesus untuk memberitakan Injil-Nya di bawah tuntunan Roh Kudus. Ajaran para Rasul didasarkan pada kebenaran-kebenaran alkitabiah yang mendasar:
- Yesus Kristus adalah pokok keselamatan dan satu-satunya jalan untuk meraihnya;
- Yesus Kristus mengalahkan maut, maut bukan lagi sebuah halangan untuk keselamatan;
- Allah menghendaki semua manusia memiliki jalan masuk menuju keselamatan;
- Allah telah memberi manusia kehendak bebas dan mengharapkan mereka untuk secara sukarela memilih Allah
- Keselamatan ditawarkan kepada orang-orang meninggal pada masa sekarang
- Keselamatan ditawarkan kepada orang-orang meninggal di dalam kerajaan damai.
Jawatan Rasul kemudian juga menyalurkan sakramen-sakramen kepada orang yang masih hidup mewakili mereka yang telah meninggal.
Kita percaya dapat mendoakan orang yang telah meninggal, bagaimana sebaliknya, apakah orang yang telah meninggal juga dapat mendoakan kita?
Ya, jelas. Jiwa-jiwa di alam barzah yang telah dilepaskan tidak tidur, tetapi bekerja. Bagian penting dari pekerjaan mereka adalah berdoa untuk kita di bumi. Itu bukan imajinasi, itu adalah kepercayaan kita. Beberapa ayat Alkitab merujuk akan hal ini, misalkan dalam 2 Makkabe. 15:12-14; Tambahan Kitab Daniel. 3:86; dan kitab Lukas 9:30,31.
Mereka berdoa untuk kita. Karna bagi mereka adalah penting untuk kita melanjutkan pekerjaan Tuhan. Boleh dikatakan keselamatan jiwa-jiwa di alam barzah bergantung pada pekerjaan kita yang masih hidup di bumi. Akan tetapi bukan karena keselamatan mereka sekarang tergantung pada pekerjaan kita, melainkan karena mereka mengasihi pekerjaan Allah. Adalah penting bagi mereka bahwa kita, yang hidup, melanjutkan pelayanan kita. Mereka bekerja di alam barzah. Kita juga bekerja di bumi. Kita melakukannya bersama!
Bagaimana perumpamaan orang kaya dan Lazarus dikaitkan dengan kebaktian Istimewa?
Perumpamaan ini adalah unik dan hanya ada di dalam Injil Lukas (Luk. 16:19-31). Dalam perumpamaan ini, Yesus tidak mengajar tentang masalah kekayaan dan kemiskinan. Ia juga tidak mengajarkan siapapun tentang kehidupan setelah kematian atau keadaan di alam barzah. Tetapi Yesus menceritakan perumpamaan ini untuk memperingatkan orang-orang yang hidup seperti orang kaya dan saudara-saudaranya, yaitu hidup tanpa kasih, mementingkan diri sendiri dan tidak peduli akan orang lain, tentang malapetaka yang menanti mereka.
Dalam perumpamaan ini Yesus Kristus menunjuk tentang pangkuan Abraham sebagai suatu gambaran untuk ketenteraman. Dari perumpamaan ini, rincian lebih jauh dapat diambil:
- Setelah kematian jasmani, jiwa manusia hidup terus di alam kematian. Kepribadian tetap bertahan.
- Di alam kematian terdapat sebuah tempat ketenteraman demikian juga suatu tempat penderitaan yang dipisahkan satu dengan yang lain.
- Tempat di mana jiwa seseorang tinggal setelah kematiannya, bergantung pada perilakunya berkenaan dengan kehendak Allah selama kehidupannya di bumi.
- Orang-orang yang telah mati dapat menyadari keadaan mereka. Mereka yang menderita sangat berat akan mengharapkan pertolongan.
Perumpamaan ini mengacu pada kebangkitan Yesus, dengan demikian juga kematian kurban-Nya dan kemungkinan akan penebusan yang dibangun di atasnya. Ini menggambarkan secara kiasan keadaan-keadaan di alam barzakh pada masa perjanjian lama ditunjukkan: jurang antara daerah penderitaan dan daerah ketenteraman tidak mungkin dijembatani di dalam perjanjian lama. Melalui jasa-Nya, Kristus, “buah sulung” di dalam kebangkitan (1 Kor. 15:23), telah menaklukkan Iblis dengan jasa-Nya dan mengalahkan maut (1 Kor. 15:55; Ibr 2:14). Dengan itu, bagi jiwa-jiwa di alam barzakh, Ia juga membukakan suatu kedekatan dengan Allah yang hingga saat ini tidak dapat dibayangkan: jurang antara daerah penderitaan dan tempat ketenteraman kini dapat dijembatani.
Jika ada lansia yang mengalami demensia, kemudian ia meninggal dunia, apakah ia juga akan diselamatkan?
Ya. Demensia adalah “penurunan akal”, atau sebuah penurunan daya kerja otak secara progresif, kronis, yang menyebabkan kehilangan kemampuan kognitif sebelumnya dan pembatasan fungsi-fungsi tubuh, dan membebani kehidupan sehari-hari. Penyakit alzheimer adalah yang paling sering dijumpai. Ini adalah gangguan jasmani. Asalkan jiwanya percaya dan mengikuti Tuhan, pasti akan selamat. Di dalam Gereja Kerasulan Baru secara khusus ada Perawatan Pastoral/Jiwa untuk orang-orang dengan penyakit demensia.
Bagaimana kita dapat menjangkau para jiwa yang buta, lumpuh, dan tuli dalam iman yang telah masuk ke alam barzakh?
Rasul Kepala di Kuala Lumpur menjelaskan dengan kisah Barthimeus, seorang buta di Yerikho dan Yesus datang ke sana (Markus 10:46-52). Orang buta ini mendengar siapa yang datang, dan mereka memberi tahu dia, itu Yesus. Setelah tahu siapa Yesus ia berseru, “Yesus, tolonglah aku.” Kemudian orang-orang menjawab, “Diam, tenanglah!” Tetapi, ia bersikeras dan berseru-seru, “Yesus, tolonglah aku!” Yesus mendengarnya. Maka Ia berkata kepada murid-murid-Nya, pergilah kepadanya, bawalah ia ke mari. Bartimeus buta, ia tidak dapat menemukan Yesus sendirian. Kemudian Yesus bertanya kepadanya, apa yang ingin Kulakukan untukmu. Karena Ia melihat iman orang ini, Ia menyembuhkannya.
Di alam barzakh, ada banyak jiwa yang buta secara rohani, yang lumpuh, yang tuli. Dan mereka perlu seseorang untuk mengatakan kepada mereka bahwa Yesus Kristus aktif di dalam para Rasul. Itu adalah tugas saudara dan saudari kita di alam barzakh. Kemudian adalah tugas jiwa-jiwa yang buta dll untuk bertumbuh dalam iman dan untuk percaya dan untuk bertanya serta sadar, saya perlu pertolongan. Dan mereka harus berjuang dan melawan roh-roh yang sama seperti pada masa Bartimeus di alam barzakh: “Ah, bagaimana bisa engkau percaya Yesus ini dapat menolongmu, diamlah! Bagaimana bisa engkau percaya bahwa di gereja ini mereka dapat menolongmu. Allah tidak pernah menolongmu, bagaimana bisa bahwa kini Ia akan menolongmu melalui orang-orang ini. Lihatlah mereka, mereka adalah pendosa yang malang. Roh-roh ini hanya ingin mengatakan dengan kata-kata lain, diamlah, tidak perlu berseru.” Tetapi jiwa-jiwa ini harus melawan, tidak, saya ingin diselamatkan oleh Yesus. Saya percaya bahwa Ia dapat menolong saya! Dan ketika Yesus mengatakan kepada kita, bawalah mereka kepada-Ku. Di bumi kita dapat berdoa mengantarakan mereka. Kita memohon kepada Tuhan untuk menolong mereka yang telah ada di alam barzakh dalam keadaan yang belum terlepaskan. Kedua tugas itu bekerja bersama, merupakan hubungan paralel.
Dalam Katekismus 9.3 Kehidupan jiwa selanjutnya disebutkan bahwa “seseorang mempertahankan kepribadiannya setelah kematian jasmani: di sini Musa dan Elia menampakkan diri dari alam barzakh dan juga dikenali sebagaimana diri mereka.” Pertanyaan: kepribadian mana dari seseorang yang akan bertahan, apakah ketika dia masih kecil, remaja, dewasa, atau lansia, atau dia bisa “berubah-ubah”?
Allah Pencipta telah menciptakan manusia sebagai pribadi yang unik. Ia memberikan kepada setiap manusia kepribadian yang menjadikan, bahwa engkau adalah engkau dan engkau bukanlah orang lain. Aspek fisik adalah rupa orang, cantik atau rupawan, kurus atau gemuk, tinggi atau pendek, kulit coklat atau kuning dan sebagainya. Tetapi orang itu baik atau buruk, menyenangkan atau menyebalkan, bersikap mulia atau jahat dsb, itulah kepribadian. Setelah Yesus bangkit dari kematian, Ia menampakkan diri kepada murid-murid-Nya. Mereka tidak segera mengenali-Nya. Tubuh-Nya tidak sama persis seperti yang Ia miliki sebelumnya. Tetapi ketika Ia berbicara dengan mereka, ketika ia memecahkan roti dengan mereka, ketika Ia memberikan damai sejahtera-Nya, maka mereka tahu, Ia adalah Tuhan! Ia dapat menunjukkan tangan-Nya kepada Thomas kemudian dan tubuh-Nya untuk dilihat. Kepribadian di sini adalah seperti tubuh kebangkitan, yang memastikan orang dapat mengenali ia adalah Musa, ia adalah Elia, saya adalah saya.
Apa makna kebaktian istimewa secara khusus bagi Rasul Distrik sendiri?
Saya sangat bersyukur mengetahui rencana keselamatan Allah secara keseluruhan. Allah menghendaki untuk menyelamatkan semua jiwa, baik yang masih hidup di bumi maupun yang sudah meninggal.
Melalui Jawatan Rasul, kita, sejak sekarang dipersiapkan untuk keselamatan babak pertama, yaitu kedatangan Kristus kembali. Untuk itu kita mendengar Injil dan menerima: Baptisan kudus, Kemeteraian kudus; pengampunan dosa-dosa; tubuh dan darah Yesus. Jika kita tetap setia kepada Yesus Kristus dan mengikuti para Rasul, Yesus akan membawa kita semua, setelah kita menerima tubuh kebangkitan, masuk ke dalam kerajaan Allah sebagai yang sulung, mendahului semua yang lain. Bagi saya itu luar biasa.
Saya sangat bersyukur, karena sejak sekarang boleh menjadi alat Tuhan, dipercaya mengemban tugas jawatan, yang bersumbangsih untuk keselamatan mereka yang sudah meninggal, dengan memberitakan Injil dan menyalurkan ketiga sakramen.